Pendekatan komunitas menjadi salah satu strategi bisnis terkini yang cukup ampuh membangun brand loyalty sekaligus meningkatkan penjualan. Sepertinya, pendekatan inilah yang diterapkan oleh beauty vlogger, Jihan Putri Zuariah, saat merintis bisnis Borahae Cafe.
Borahae Cafe mendeklarasikan diri sebagai kafe BTS ARMY pertama di Indonesia. Kafe ini hadir di tengah animo besar masyarakat Indonesia terhadap musik populer K-Pop asal Korea Selatan. Bisa dibilang, kafe ini dikhususkan sebagai tempat nongkrong para penggemar musik K-Pop, khususnya BTS.
Baca Juga: KOL Stories x Hendy Setiono: Rahasia Sukses Bisnis Kuliner di Kala Pandemi
Lantas, apakah Borahae Cafe hadir karena ingin menyasar segmen pasar penggemar K-Pop atau justru lahir dari kecintaan Jihan terhadap musik-musik K-Pop? Kemudian bagaimana perjalanan bisnis Jihan dalam merintis bisnis kafe bertemakan K-Pop tersebut?
Warta Ekonomi melalui progam Key Opinion Leader Stories berinisiatif untuk mengundang Jihan Putri untuk membahas Lika-Liku Merintis Kafe K-Pop bersama jurnalis Warta Ekonomi, Annisa Nurfitriyani. Berikut ini kutipan wawancara progam KOL Stories tersebut.
Halo, apa kabar Mbak Jihan? Apa nih kesibukan Mbak Jihan di tengah pandemi ini?
Kesibukan saya masih sama sebenarnya. Malah semakin sibuk karena pikirkan banyak strategi buat kafe, terus saya juga masih membuat konten di YouTube dan Instagram. Jadi, sibuk saja sih karena dari dulu kerjanya juga dari rumah.
Konsep Borahae Cafe ini cukup unik. Apa sih latar belakang Mbak Jihan mendirikan Borahae Cafe?
Sebenarnya, awalnya itu karena aku suka banget ngopi sama nongkrong di kafe. Bisa dibilang kafe itu sebagai salah satu tempat aku healing. Nah, kebetulan sejak dua tahun lalu aku menjadi ARMY maka terpikir untuk membuat tempat kumpul bagi para ARMY.
Karena aku benar-benar sendirian dan tidak punya teman-teman ARMY. Jadi, aku terpikir mau cari teman biar bisa kumpul bareng di suatu tempat sambil ngopi. Akhirnya, aku mencari tempat terus dapat lokasi yang dekat sama rumah agar bisa kukontrol terus. Kemudian jadilah Borahae Cafe.
Kalau dilihat kan tema Borahae Cafe ini ungu dan BTS, kenapa sih memilih tema itu?
Borahae itu artinya purple you. Jadi, borahae itu artinya memang ungu dalam bahasa Korea dan kata borahae ini dibikin oleh salah satu member BTS yang artinya adalah long lasting for ever with you. Kemudian ungu itu warna terakhir di pelangi, jadi warna terakhir di pelangi itu menggambarkan long lasting. Kayak selamanya sama kamu, selamanya cinta sama kamu.
Jadi, aku menggunakan nama Borahae Cafe itu karena terinspirasi dari salah satu member BTS, Kim Tae-hyung. Nah, makanya aku sesuaikan dekor-dekornya dengan makanan dan minumannya dari kata borahae itu. Memang, ada makanan yang ada warna ungu. Konsep itu sengaja dibawa ke makanan dan minuman, selain dekor.
Apa saja unsur yang ada di Borahae Cafe sehingga bisa dikatakan BTS banget?
Kalau masuk kafe pengunjung sudah langsung melihat dekor muka member-member BTS, ada kartun juga BT21. Jadi, memang semua dekor itu foto-foto mereka, poster mereka, sama ada kutipan yang aku ambil dari lagu-lagu mereka. Itu yang biasanya bikin aku lebih tenang.
Karena lirik BTS itu banyak yang bikin perasaaan lebih nyaman. Jadi, aku sengaja taruh quotes di situ. Supaya kalian yang sedang main di kafe aku jadi ingat dengan kata-kata dan quotes yang bisa membuat kalian tenang. Aku sengaja bikin kafe agar merasa seperti rumah mereka sendiri. Mungkin ada beberapa ARMY yang enggak bisa gila-gilaan dan fangirling-an di rumah. Nah, di kafe aku bisa.
Dia bisa foto-foto di poster, bisa merasakan ruangan yang banyak posternya. Dia bisa menyetel lagu BTS sambil teriak. Memang sengaja dibuat seperti iya sudah terserah saja, anggap saja di rumah kalian sendiri.
Apakah ada kegiatan yang dibuat bersama dengan para ARMY di Borahae Cafe?
Ada banget, sebelum corona itu kita mengadakan event rutin setiap member BTS ulang tahun. Jadi, kalau member ulang tahun kita merayakan ulang tahun bareng tuh, sambil nyanyi bareng, nonton bareng konten-konten mereka, terus aku setelkan konser mereka yang sudah lewat dan teriak-teriakan bareng.
Habis itu kalau BTS mengeluarkan lagu baru comeback misalnya kita bisa setiap hari stand by di kafe menunggu comeback show-nya. Kita nonton ramai-ramai jadi seru. Itu sebelum corona, sekarang sudah enggak lagi. Ada beberapa yang masih mengadakan ulang tahun member di kafe cuma kita benar-benar batasi jumlah pengunjung.
Sekarang lebih ke virtual dan lebih ke bikin merch-nya. Jadi kayak kita membuat freebies-freebies, bikin barang yang ada gambarnya untuk tetap merayakan ulang tahun bareng tapi mereka bisa beli secara online.
Pernah atau tidak sih ada ARMY dari luar kota atau bahkan luar negeri yang mengunjungi Borahae Cafe ini?
Pernah banget, waktu itu kafeku baru pembukaan dan ada pengunjung yang berasal dari Medan, bahkan ada yang dari Papua. Memang ada yang sudah ingin sekali ke Borahae Cafe. Nah, begitu ada dinas di Jakarta mereka sampai curi-curi waktu di tengah aktivitas pekerjaan untuk datang ke kafe aku.
Jadi tempat tinggal pengunjung jauh banget tapi tetap ingin meluangkan waktu. Bahkan, waktu itu ada satu komunitas ARMY asal Bandung yang membuat tur dan singgah ke kafe aku. Mereka sampai bawa dua mobil besar. Sumpah, itu aku terharu banget karena mereka datang ke kafe aku buat kayak tur ARMY. Mereka menjadikan kafeku sebagai tempat rekreasi buat para ARMY.
Selama menjalani bisnis ini tentu ada banyak sekali tantangan, bisa dibagikan kepada audience pengalaman kamu selama merintis bisnis Borahae Cafe?
Jadi, sebenarnya bisnis ini bermodalkan tekad. Aku tuh sebenarnya dadakan bikin kafe ini. Sudah punya mimpi lama tapi pas tiba-tiba ketemu tempatnya itu aku dibantu sama orang tua lumayan agak hectic. Tapi, semuanya dijalani pelan-pelan dan tidak panik. Akhirnya, aku ketemu sama stafku yang sekarang membantuku.
Jadi, benar-benar aku membuat kafe ini based on keluarga. Aku bawa stafku jadi seperti keluargaku. Aku pun tidak ada beban kerja membantu mereka buat menjalani hidup dan keluarganya juga. Aku bangun kafe ini kayak keluarga.
Kafe ini memang dibangun secara tulus, pertemanan. Meskipun banyak cobaan dari luar terutama selama musim pandemi kafe ini jadi sepi, aku gak bisa mengadakan dine-in, sedangkan yang aku jual tempat sebenarnya dan bukan makanan saja kan? Lumayan struggling, sedih juga karena biasanya kita terima tamu banyak.
Tapi, semuanya alhamdulillah bisa kita lewati karena aku dan stafku tetap happy menjalankannya. Tetap merasa kayak di rumah sendiri. Aku membangun Borahae Cafe itu jadi bikin rumah kedua bagi mereka. So, tidak ada beban sama sekali selama menjalankannya.
Apa strategi dan inovasi kamu agar bisnis Borahae Cafe bisa terus bertahan selama pandemi?
Selama pandemi aku menciptakan beberapa menu baru, mulai dari minuman hingga makanan. Awalnya, variasi makanan kita tidak terlalu banyak. Nah, mumpung aku sedang di rumah saja maka bisa lebih banyak kesempatan untuk mengulik resep-resep baru.
Aku ajak baristaku untuk membuat dan menciptakan minuman baru. Terus aku siapkan lebih banyak freebies. Jadi setiap pembelian di kafeku, aku kasih mereka foto card member sehingga mereka lebih semangat. Banyak strategi yang aku pikirkan selama pandemi.
Kalau diminta memilih, apakah kamu lebih tertarik menjadi seorang beauty vlogger atau pebisnis? Apa alasannya?
Kalau diminta memilih antara beauty vlogger atau pebisnis maka jujur aku masih pilih beauty vlogger. Karena aku sempat bilang sama followers-ku, kalau aku tuh selalu melakukan apa yang aku suka. Nah, beauty vlogger ini kan karena aku hobi make up dan aku dari dulu passion-nya di make up, skincare, dan beauty life style.
Awalnya, aku pun tidak menyangka kalau membuat konten tentang beauty itu ternyata bisa menghasilkan pendapatan. Jadi, awalnya aku tidak pernah money oriented, tetapi tiba-tiba ternyata menghasilkan. Justru aku malah bersyukur karena bisa melakukan hal itu, happy tapi menghasilkan juga.
Kalau pebisnis, jujur aku tidak pernah sekolah bisnis, tidak pernah belajar tentang itu. Jadi, secara tidak sengaja dari passion yang aku punya menghasilkan.
Apa tantangan menjadi seorang beauty vlogger?
Beauty vlogger itu tantanganya adalah banyak sekali kompetitor. Karena dulu waktu aku memulai belum terlalu banyak beauty vlogger di Indonesia. Aku memulai sejak tahun 2015 dan waktu itu aku dan komunitas beauty vlogger cuma ada sekitar 30-an orang. Nah, sekarang sudah ribuan content creator yang memang spesifik mengambil tema beauty.
Sekarang lebih ke bagaimana cara agar menjadi berbeda dari yang seribu orang itu. Karena sekarang aku lebih ke K-Pop, ke BTS, maka aku menggabungkan keduanya. Dengan tantangan yang semakin banyak datang, aku menggabungkan dua unsur yang aku suka yaitu K-Pop dan beauty.
Entah aku mulai review-review produk yang dipakai sama K-Pop sama Idol K-Pop, entah aku membahas soal korean make up. Meskipun aku banyak dapat tantangan untuk tetap menjadi beauty vlogger, aku tetap again melakukan hal yang aku suka jadi aku menggabungkan keduanya.
Dulu waktu awal aku jadi ARMY, enggak banyak beauty vlogger yang juga ARMY. Jadi, kontennya aku campur di YouTube, Instagram, jadi aku ingin berbeda dibandingkan yang lain. Karena untuk menjadi lebih bagus gak akan ada habisnya tapi kalau mau jadi berbeda maka kamu akan keliatan lebih unik.
Apakah pernah mengalami kehabisan ide untuk make up atau konten? Jika pernah, apa yang Jihan lakukan untuk mengatasinya?
Pernah banget, apalagi make up kan terus dinamis trennya. Terus aku juga punya rasa bosen buat itu. Dan biasanya kalau seperti itu maka aku take a break. It’s ok to take a break, gapapa kalau lagi bosan.
Kalau lagi tidak ada ide sama sekali maka biasanya aku take a break untuk beberapa bulan. Aku traveling, aku banyak nonton series, film. Dan biasanya inspirasinya nongol pas abis jalan-jalan, abis nonton series atau film, itu bakal mengembangkan imajinasi kita lagi. Aku tidak pernah merasa harus bikin konten terus supaya followers tidak lupa, aku tidak pernah merasa kayak gitu.
Kalau merasa capek dan sedang tidak terinspirasi maka iya sudah it’s ok to take a break.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: