Tidak hanya dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), cangkang kelapa sawit (palm kernel shell/PKS) juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan pemanasan agregat tanpa penurunan kualitas campuran aspal panas (Asphalt Hotmix). Melansir dari Sawitindonesia.com, Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS), Dr. Sunu Herwi Pranolo, S.T., M.Sc menjelaskan, cangkang kelapa sawit dipilih karena nilai kalori pembakaraanya relatif tinggi yakni 17 – 19 MJ/kg dibandingkan biomassa lain dan ketersediaannya juga cukup berlimpah terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Dalam penelitiannya, Dr. Sunu menggunakan teknologi gasifikasi cangkang sawit untuk menghasilkan gas karbon monoksida dan hidrogen yang nantinya akan melewati proses pemanasan pembuatan Aspal Hotmix. Selain didasari karena potensi cangkang sawit yang berlimpah di daerah sentra-sentra industri sawit, tetapi juga adanya keluhan dari AMP. Baca Juga: Industri Sawit Serap Tenaga Kerja dan Sumbang Devisa Terbesar
“Selama ini, pihak AMP banyak yang mengeluhkan terkait penyediaan energi yang digunakan untuk beroperasi. Pasalnya, solar (BBM), Gas Alamatau Gasifikasi dari fosil fuel untuk pembuatan Aspal panas (Hotmix) dibatasi oleh peraturan pemerintah, terutama AMP yang beroperasi dilokasi terpencil, terkendala karena kelangkaan serta harga yang tidak kompetitif. Kami berusaha mengkombinasikan keduanya baik pengusaha Cangkang Sawit mau pun AMP,” ungkap Sunu seperti dilansir dari Sawitindonesia.com. Baca Juga: Tak Terasa, Kelapa Sawit Sudah Berumur 109 Tahun
Secara ekonomi, penggunaan cangkang sawit untuk Aspal Hotmix lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil. Dari nilai kalori, untuk pembakaran 1 ton Aspal Hotmix membutuhkan sekitar 45 kg cangkang sawit, sementara jika menggunakan solar akan membutuhkan sekitar 10 – 15 liter. Tidak hanya itu, penggunaan cangkang sawit juga dapat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), karena biomassa ini bersifat karbon Netral sehingga CO2 equivalent dapat ditekan lebih rendah dibandingkan penggunaan fosil fuel.
Lebih lanjut, Sunu menambahkan, selama ini cangkang sawit hanya diekspor, padahal memiliki kalori tinggi atau nilai pemanfaatan yang banyak tetapi belum dioptimalkan. “Sayang sekali cangkang sawit dijual di luar negeri yang digunakan energi juga. Kenapa peluang ini tidak digunakan sendiri saja? Kita tahu potensi cangkang sawit yang begitu besar,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: