Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BRG Gelar Pelatihan Sekolah Lapang Tanpa Bakar di Pesantren

        BRG Gelar Pelatihan Sekolah Lapang Tanpa Bakar di Pesantren Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Badan Restorasi Gambut (BRG) terus berupaya memulihkan dan menjaga gambut. Selain menggandeng pemerindah daerah dan akademisi, BRG juga menggandeng pengelola pondok pesantren untuk menjalani Sekolah Lapang Petani Gambut. 

        Program Sekolah Lapang Petani Gambut berisi materi dan pembelajaran mengenai pertanian alami tanpa bakar di areal gambut dan restorasinya. Gagasan program ini muncul beriringan dengan ditemukannya teknologi Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).  Baca Juga: BRG Gunakan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini

        Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Suwignya Utama,  Sekolah Lapang Petani Gambut menjadi solusi bagi para petani atas pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar. Diungkapkan, pada 2016 dia mengumpulkan para petani inovator gambut yang menemukan cara bertani di lahan gambut tanpa membakar dan bisa menggunakan nutrisi tanaman buatan sendiri. 

        Dari kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut ini, BRG memperkuat melalui Masjid Peduli Gambut. Yang terbaru, BRG menggandeng pesantren untuk mengajarkan kepada para santri mengenai aktivitas pembukaan dan pengelolaan lahan secara alami.  Baca Juga: BRG Gunakan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini

        “Pesantren di sini (Riau) sangat banyak. Beberapa diantaranya punya lahan produktif,” kata Suwignya saat membuka program Sekolah Lapang Petani Gambut di Pondok Pesantren Al Mutaqien Bungaraya, Kabupaten Siak, Riau.

        Suwignya berharap kerja sama dan pelatihan ini bisa menjadi pengerak ekonomi pondok pesantren. Sehingga ekonomi pesantren dari lahan-lahan tadi bisa untuk menyuplai para santri dan warga sekitar pesantren. 

        Sementara itu, Pengurus Ponpes Al Muttaqin, KH Muhammad Winto mengakui program ini sebagai solusi. Sebab, dia menyebut, pembakaran untuk membuka lahan banyak dilakukan masyarakat. 

        “Dulu warga beranggapan, mengolah gambut tanpa dibakar itu tidak bisa, tapi sekarang sudah ada tekniknya,” ucap dia, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/12/2020).

        Dia berharap program Sekolah Lapang Petani Gambut di pesantrennya bisa dipraktikan para santri dan pengajar. Dengan kegiatan itu, dia berharap kebakaran lahan gambut dapat dihindarkan. 

        Program Sekolah Lapang Petani Gambut ini menggandeng Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU). Menurut Ketua Himpunan Alumni Pondok Pesantren Riau, M. Thohir dia berharap kegiatan semacam ini bisa menjangkau lebih banyak pesantren di Riau. Saat ini, menurut catatannya, ada sekitar 260 pondok pesantren di Riau dengan jumlah santri mencapai puluhan ribu. 

        “Insyaallah kita siap untuk menyukseskan kerja sama dengan Badan Restorasi Gambut. Sebab, pesantren-pesantren di sini rata-rata memiliki lahan gambut. Ketahanan pangan masih sangat kecil di Riau, lahan gambut kalau misal dikelola dengan baik bisa mewujudkan ketahanan pangan,” ucap dia. 

        Sementara itu, perwakilan LPPNU Pusat, Kaspun Nazir menyebut Sekolah Lapang Petani Gambut di pesantren sejalan dengan data Sekolah Maarif NU. Dia menyebut sebanyak 53 persen total siswa di Sekolah Maarif NU berasal dari keluarga petani dan buruh. 

        “Makanya dari pada itu, membangun komitmen bersama dengan BRG, agar tidak lagi bencana kebakaran gambut,” ucap Kaspun.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: