Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Aksi Nekat Trump Potong Anggaran Bantuan Tunjangan Sengsarakan 14 Juta Rakyatnya

        Aksi Nekat Trump Potong Anggaran Bantuan Tunjangan Sengsarakan 14 Juta Rakyatnya Kredit Foto: Antara/REUTERS/Carlos Barria
        Warta Ekonomi, Washington -

        Jutaan warga Amerika Serikat (AS) terpaksa rela melihat tunjangan pengangguran mereka habis masa berlakunya pada Sabtu (26/12/2020).

        Hal itu akibat Presiden Donald Trump menolak menandatangani Rancangan Undang-undang (RUU) paket belanja dan bantuan pandemi senilai USD2,3 triliun.

        Baca Juga: Donald Trump Disebut-sebut Bakal Jadi Nama Bandara di AS, Yakinkah?

        Trump berdalih RUU itu tidak cukup untuk membantu kebutuhan hidup orang setiap hari. Trump mengejutkan anggota Kongres dari Partai Republik dan Partai Demokrat saat dia pekan ini menyatakan tidak senang dengan RUU itu.

        Padahal RUU itu akan memberikan USD892 miliar untuk orang yang sangat membutuhkan bantuan akibat dampak pandemi corona, termasuk memperpanjang tunjangan pengangguran khusus yagn berakhir pada 26 Desember dan USD1,4 triliun untuk belanja pemerintah secara normal.

        “Tanpa tanda tangan Trump, sekitar 14 juta orang dapat kehilangan tunjangan ekstra,” ungkap data Departemen Buruh AS. 

        Penutupan pemerintah sebagian akan dimulai pada Selasa depan kecuali Kongres dapat menyepakati RUU dana pemerintah sebelum itu. 

        Setelah perselisihan berbulan-bulan, Partai Republik dan Demokrat menyetujui paket bantuan itu akhir pekan lalu, dengan dukungan Gedung Putih.

        Trump, yang akan menyerahkan kekuasaan kepada Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden pada 20 Januari, tidak keberatan dengan ketentuan kesepakatan sebelum Kongres menggelar voting RUU pada Senin malam.

        Tapi sejak itu Trump mengeluh bahwa RUU itu memberikan terlalu banyak uang untuk kepentingan khusus, proyek budaya dan bantuan asing, sementara bantuan langsung tunai (BLT) USD600 satu kali untuk jutaan orang Amerika dianggap terlalu kecil. Dia menuntut agar BLT dinaikkan menjadi USD2.000 per orang.

        "Mengapa para politisi tidak ingin memberi orang USD2.000, daripada hanya USD600? Berikan uang kepada rakyat kami!" presiden miliarder itu men-tweet pada Hari Natal yang sebagian besar dihabiskannya untuk bermain golf di resor Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida.

        Banyak ekonom setuju bantuan pada RUU itu terlalu rendah tetapi mengatakan dukungan langsung masih diterima dan perlu.

        Sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan keberatan Trump terhadap RUU tersebut membuat banyak pejabat Gedung Putih terkejut.

        Meskipun strategi presiden untuk RUU tersebut masih belum jelas, dia belum memveto dan masih bisa menandatanganinya dalam beberapa hari mendatang.

        Pada Sabtu, dia dijadwalkan tetap berada di Mar-a-Lago, tempat RUU telah dikirim dan menunggu keputusannya.

        Biden, yang menang pemilu 3 November, menghabiskan liburan di negara bagian asalnya Delaware dan tidak memiliki acara publik yang dijadwalkan untuk Sabtu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: