Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Jadinya Vaksin Pfizer Cuma Satu Dosis? Begini Hitung-hitungannya...

        Apa Jadinya Vaksin Pfizer Cuma Satu Dosis? Begini Hitung-hitungannya... Kredit Foto: Antara/REUTERS/Tatyana Makeyeva
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Para pejabat di Inggris kabarnya sedang  mempertimbangkan untuk memberikan hanya satu suntikan untuk membantu mempercepat terciptanya kekebalan. Sebab, satu dosis vaksin virus corona Pfizer/BioNTech dapat memberikan perlindungan 91 persen dari Covid-19.

        Vaksin Pfizer perlu diberikan dalam dua dosis per pasien. Jeda pemberiannya antara 21 hingga 28 hari dari dosis pertama. Dua dosis diperlukan untuk mencapai kemanjuran 95 persen.

        Baca Juga: Di Asia, Vaksin Pfizer-BioNTech Sukses Lakukan Suntikan Perdana di Singapura

        Profesor David Salisbury yang bertanggung jawab atas imunisasi di Departemen Kesehatan hingga 2003 mengatakan bahwa satu dosis sudah memberikan perlindungan 91 persen.

        "Kami telah melakukan sesuatu seperti ini sebelumnya ketika kami memiliki jumlah vaksin flu yang terbatas untuk anak-anak dan jelas jika kami memberi anak satu dosis, kami sebenarnya dapat melindungi dua kali lebih banyak." ujar Prof Salisbury dilansir di The Sun, Rabu (30/12/2020).

        Salisbury menjelaskan, dalam makalah New England Journal of Medicine tentang vaksin Pfizer, pemberian satu dosis vaksin Pfizer dapat memberikan perlindungan 91 persen. Sementara itu, dua dosis bisa menghasilkan perlindungan 95 persen. Artinya, suntikan kedua hanya menambahkan empat persen perlindungan.

        “Dengan keadaan saat ini, saya sangat menyarankan Anda untuk menggunakan dosis pertama sebanyak mungkin untuk kelompok berisiko dan setelah Anda melakukan semua itu barulah kembali untuk memberikan dosis kedua," ujarnya.

        Sementara itu, Mantan Perdana Menteri Tony Blair telah mendesak pemerintah Inggris untuk memikirkan kembali program vaksinasi. Ia mengatakan, itu harus diubah dan dipercepat secara radikal.

        Blair mengatakan meskipun vaksin Pfizer adalah suntikan dua dosis, dosis pertama masih memberikan kekebalan substansial.

        "Kita harus mempertimbangkan untuk menggunakan semua dosis yang tersedia pada bulan Januari sebagai dosis pertama, yaitu, tidak menahan setengah untuk dosis kedua.

        Kemudian, saat lebih banyak produksi diluncurkan, kita akan memiliki cukup untuk dosis kedua. Tiga puluh juta vaksin Johnson dan Johnson, yang merupakan vaksin satu dosis, juga harus ada bersama kita pada akhir Januari," ujar Blair.

        Menurutnya, Inggris harus menargetkan untuk menggunakan semuanya pada bulan Februari. Dia mengingatkan bahwa staf kesehatan garis depan dan yang paling rentan harus terus diprioritaskan, tetapi mengatakan bahwa ini tidak boleh menahan vaksinasi orang lain.

        Para pejabat juga dilaporkan sedang mempertimbangkan program single shot atau suntikan dosis tunggal untuk kaum muda. Namun, komentar Blair itu dibantah oleh anggota Nervtag Profesor Wendy Barclay.

        "Saya pikir masalah dengan itu (saran Blair) adalah bahwa vaksin itu berdasarkan pada pemberian dua dosis, dan kemanjurannya atas dasar itu," kata Prof Barclay kepada Komite Sains dan Teknologi Commons.

        "Untuk berubah pada titik itu, orang harus melihat lebih banyak analisis yang keluar dari mungkin data uji klinis." ujar Prof. Barclay.

        Dia setuju dengan saran dari anggota komite Partai Buruh, Graham Stringer, bahwa perubahan seperti itu pada kebijakan vaksin yang ditetapkan terlalu berisiko. Sekitar setengah dari semua rumah sakit di Inggris dan dua pertiga dari dokter masih belum menerima pengiriman vaksin Pfizer.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: