Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Duh, Warga Swiss dan Israel Meninggal Habis Disuntik Vaksin Pfizer

        Duh, Warga Swiss dan Israel Meninggal Habis Disuntik Vaksin Pfizer Kredit Foto: REUTERS/Michael Erman, Julie Steenhuysen
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Program vaksinasi di Swiss dan Israel memiliki catatan kasus kematian setelah penyuntikan vaksin virus corona buatan Pfizer-BioNTech pada akhir Desember 2020. Tercatat, satu orang warga Swiss dan dua orang penduduk Israel meninggal dunia.

        Di Israel seorang warga berusia 88 tahun meninggal dunia hanya beberapa jam setelah menerima vaksin virus corona pada Selasa (29/12/2020). Satu hari sebelumnya, Senin (28/12/2020), seorang pria berusia 75 tahun dikabarkan meninggal dunia dua jam setelah disuntik vaksin Covid-19. Pria itu menerima suntikan dosis pertama vaksin Pfizer.

        Baca Juga: Pakar: Saya Sangat Kaget Jika Negara Barat Setujui Vaksin China

        Setelah menunggu setengah jam di klinik medis, pria berusia 75 tahun tersebut diperbolehkan pulang ke rumah. Ketika itu ia mengatakan merasa dirinya baik-baik saja. Akan tetapi, beberapa waktu setelah pulang, dia pingsan dan kemudian dinyatakan meninggal dunia akibat gagal jantung.

        Kementerian Kesehatan Israel mengatakan penyelidikan awal menunjukkan kematian itu tampaknya tidak memiliki kaitan dengan penyuntikan vaksin Pfizer.

        "Hasil temuan awal tidak menunjukkan hubungan antara kematian pria itu dan vaksinasi," kata Direktur Jenderal Kemenkes Israel, Chezy Levy.

        Meski demikian, Kemenkes Israel mengumumkan pembentukan komite penyelidikan untuk menyelidiki insiden tersebut. Hal ini tak terlepas dari kasus seorang pria berusia 46 tahun di Israel yang menderita alergi parah pasca-satu jam disuntik vaksin.

        Terkait efek samping alergi parah, negara Inggris telah mengumumkan kepada orang-orang yang punya riwayat alergi untuk tidak memakai vaksin Pfizer. Pengumuman tersebut disampaikan oleh Inggris setelah melakukan penyuntikan vaksin Covid-19 buatan Pfizer kepada masyarakat pada akhir tahun 2020.

        Adapun, alasan Inggris mengumumkan hal tersebut ialah kemunculan dua kasus alergi setelah vaksinasi pada Selasa 7 Desember 2020.

        Baca Juga: Di Pengujung Tahun, AS Klaim Deteksi Kasus Perdana Corona Versi Terbaru

        Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) membuat laporan tentang dampak negatif penggunaan vaksin Pfizer. Efek samping yang paling umum berupa mudah lelah atau reaksi pada daerah bekas suntikan.

        Reaksi merugikan yang paling sering muncul setelah dosis pertama disuntikkan seperti ruam di area suntikan (84,1 persen), kelelahan (62,9 persen), sakit kepala (55,1 persen), nyeri otot (38,3 persen), menggigil (31,9 persen), nyeri sendi (23,6 persen), demam (14,2 persen).

        Efek samping tersebut kemungkinannya kecil terjadi setelah dosis kedua diberikan. Selain itu, umumnya lebih jarang terjadi efek samping pada peserta berusia di atas 55 tahun, kurang dari 2,8 persen, sementara pada kelompok usia lebih muda ditemukan efek samping hingga 4,6 persen.

        Positif Covid-19

        Laporan kasus kematian pasca-penyuntikan vaksin Pfizer terjadi tak lama dari laporan seorang perawat instalasi gawat darurat di Amerika Serikat yang dinyatakan positif virus corona, 8 hari setelah menerima vaksin Pfizer.

        Perawat bernama Matthew W tersebut mendapat suntikan vaksin Pfizer di California pada 18 Desember 2020 lalu. Ia sempat mengeluh sakit lengan ringan setelah menerima suntikan vaksin.

        Baca Juga: Apa Jadinya Vaksin Pfizer Cuma Satu Dosis? Begini Hitung-hitungannya...

        Kemudian pada malam Natal tubuhnya mulai menggigil. Ia juga mulai merasakan nyeri otot dan kelelahan. Ia pun mengunjungi lokasi pengujian Covid-19 pada 26 Desember 2020 dan kemudian dinyatakan positif Covid-19.

        Para ahli berpendapat Matthew tertular Covid-19 sesaat sebelum menerima vaksin atau selama 10-14 hari inkubasi yang dibutuhkan vaksin untuk bekerja usai disuntikkan.

        Kasus Matthew ini menunjukkan bahwa seseorang perlu mendapatkan dua suntikan vaksin Pfizer karena suntikan pertama menawarkan sekitar 50 persen perlindungan infeksi Covid-19 serius dan suntikan kedua sebagai suntikan penguat dengan peningkatan sebesar 95 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: