Kunjungi CDC Hubei dan Habiskan Waktu 5 Jam, Apa yang Didapat Tim WHO?
Tim pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang ditugaskan menyelidiki asal-usul SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 mengunjungi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Hubei, China, Senin (1/2/2021). Mereka menghabiskan waktu hampir lima jam di tempat tersebut.
Itu merupakan kunjungan dengan durasi terlama oleh tim WHO selama berada di China. Sebelumnya mereka mendatangi rumah sakit yang paling awal menangani pasien Covid-19. Mereka pun sudah menyambangi pasar tradisional Huanan, tempat yang diduga kuat menjadi sumber awal penyebaran Covid-19 di Wuhan pada Desember 2019.
Baca Juga: Tim Investigasi WHO Siap-siap Kunjungi Pasar Makanan Laut Wuhan
Kendati cukup lama berada di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, tim WHO tidak memberi keterangan pers. Sebelumnya memang sudah santer kabar bahwa China berupaya membatasi ruang gerak bagi tim WHO selama berada di Wuhan.
Pada Minggu, tim WHO juga berkunjung ke pasar ikan Huanan, tempat yang dikaitkan dengan infeksi Covid-19 pertama kali. Tim juga mendatangani pasar induk Baishazhou. Di pasar ini, pengeras suara berulang kali mengingatkan bahwa menjual produk impor yang telah berulang kali dibekukan adalah hal terlarang di pasar tersebut.
Sejauh ini tak ada agenda pasti tentang tempat atau lokasi mana saja yang bakal disambangi tim WHO selama dua pekan berada di Cina. Awak media yang meliput pun dikontrol dengan ketat dan dijauhkan dari anggota tim.
Rekan senior di Council of Foreign Relations di Washington, Amerika Serikat, Yanzhong Huang, mengungkapkan dua pekan bukanlah waktu yang cukup bagi para ahli WHO.
“Saya tidak berpikir mereka punya waktu untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan. Ini lebih seperti komunikasi dan pertukaran informasi," kata Huang.
Namun, dia berpendapat hasil penyelidikan tetap bergantung pada seberapa cermat tim WHO.
"Itu tergantung seberapa rajin mereka menggali informasi baru, tetapi juga tentang seberapa kooperatif dan akomodatif pihak China nantinya," ujarnya.
China mencoba mengugurkan dugaan bahwa virus korona berasal dari China. Mereka justru menuding makanan beku yang diimpor sebagai pembawa virus masuk ke China. Hipotesis itu kembali diangkat di tabloid Global Times edisi Minggu.
Tabloid tersebut dikelola media People's Daily, milik Partai Komunis China. Pada Kamis (28/1/2021) pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengungkapkan, selama melakukan penyelidikan, tim WHO bakal melakukan pertukaran dan kerja sama, termasuk diskusi serta kunjungan lapangan.
"Semua aktivitas mereka harus berbasis sains dengan prioritas tertinggi untuk mencegah risiko di masa depan dan melindungi keselamatan serta kesehatan masyarakat," katanya dalam konferensi pers, dikutip laman resmi Kemlu China.
Gara-gara satu kasusK di Perth, Australia, sekitar dua juta warga Australia mulai menjalani lockdown pada Senin (1/2/2021). Pihak berwenang memerintahkan lockdown atau penguncian selama lima hari setelah seorang penjaga keamanan di sebuah hotel yang digunakan untuk karantina tertular virus korona.
"Total 13 orang yang kontak dekat hasil tesnya negatif dan 11 lainnya berisiko tinggi. Mereka telah dipindahkan dari hotel tempat karantina untuk mencegah penularan lebih lanjut," ujar Perdana Menteri Australia Barat Mark McGowan.
Pemerintah Australia mulai melakukan kampanye vaksin. Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, program vaksinasi menelan biaya setidaknya 6,3 miliar Australia atau setara dengan 4,8 miliar dolar AS.
“Strategi ini didukung oleh alokasi awal sekitar 1,9 miliar dolar A dalam bentuk dukungan baru untuk peluncuran vaksin. Ini di atas lebih dari 4,4 miliar dolar Australia yang dialokasikan untuk pembelian vaksin," kata Morrison.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto