Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hiks! Efek Pandemi, Ekspor Kelapa Sawit Turun 9,06%

        Hiks! Efek Pandemi, Ekspor Kelapa Sawit Turun 9,06% Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, mengatakan bahwa ekspor minyak sawit (CPO dan turunannya) mengalami penurunan 9,06%. "Eskpor minyak sawit pada 2020 turun dari 37,39 juta ton menjadi 34 juta ton," kata Joko Supriyono dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (4/2/2021).

        Menurut Joko, penurunan disebabkan oleh permintaan pasar global yang melemah hampir di semua negara tujuan ekspor. "Ekspor secara keseluruhan pada 2020 masih turun dibanding 2019. Ini bisa dimaklumi karena pasar global mengalami pelemahan permintaan karena hampir semua negara tujuan ekspor mengalami lockdown," tambahnya.

        Baca Juga: Diterpa Isu Negatif, Berikut Saran Bungaran Saragih terkait Diplomasi Sawit

        Joko menuturkan, hanya ke Pakistan dan India yang permintaannya naik. Sementara, negara utama pengimpor minyak sawit asal Indonesia, yaitu India, China, dan Afrika mencatatkan penurunan permintaan. China, misalnya, mencatatkan penurunan yang cukup signifikan sekitar minus 1,96 juta ton.

        Berikutnya, Bangladesh minus 323,9 ribu ton; Timur Tengah minus 280,7 ribu ton; dan ke Afrika minus 249,2 ribu ton. Meskipun terjadi penurunan volume ekspor, secara nilai, ekspor tahun 2020 yang mencapai US$22,97 miliar lebih tinggi dari tahun 2019 sebesar US$20,22 miliar.

        Sementara itu, dari sisi konsumsi, Joko mengungkapkan bahwa secara total 2020, konsumsi produk minyak sawit dalam negeri naik 3,6% menjadi 17,35 juta ton dari 16,75 juta ton di 2019. Ia mengatakan, peningkatan terbesar konsumsi disumbang oleh produk oleokimia.

        "Konsumsi untuk oleokimia naik terus karena meningkatnya konsumsi sabun dan bahan pembersih dari 89 ribu ton pada Januari menjadi 197 ribu ton pada Desember 2020," ucapnya. Kenaikan juga disumbang oleh produk biodiesel yang didorong oleh perubahan kebijakan dari B20 menjadi B30.

        "Kebijakan pembatasan skala besar (PSBB) akibat Covid-19 menyebabkan penurunan konsumsi untuk pangan turun pada 2020 dari 801 ribu ton pada Januari menjadi 638 ribu ton pada Juni 2020," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: