Komoditas sawit tidak luput dari serangan dan ancaman kampanye hitam sebagai dampak dari kompetisi negara penghasil minyak nabati. Beberapa isu yang sering dijadikan bahan kampanye hitam diantaranya isu kesehatan dan kolesterol, degradasi lingkungan dan polusi, orang utan dan biodiversity, isu gambut dan kebakaran hutan, deforestasi dan pekerja di bawah umur.
Melihat kondisi ini, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman menegaskan pemerintah akan mengambil sikap tegas atas black campaign atau kampanye hitam yang dilakukan Uni Eropa terhadap komoditas sawit Indonesia.
Baca Juga: Bertemu PM Malaysia, Berikut 3 Isu yang Dibahas Presiden RI, Termasuk Isu Sawit
Salah satunya dengan mengubah strategi dari defensif menjadi ofensif sebagai counter attack atas beragam upaya pasar Uni Eropa yang mendiskreditkan sawit Indonesia tersebut.
"Selama ini strategi yang kita lakukan dalam rangka black campaign terhadap produk sawit ini selalu sifatnya defensif. Selalu kita sifatnya defensif. Jadi kita akan mengubah strategi, kita attack seperti yang disampaikan oleh bapak Presiden (Jokowi)," tegasnya dalam webinar bertajuk Peran Kelapa Sawit Terhadap Pembangunan Ekonomi Nasional, Sabtu (06/02/2021).
Tidak hanya itu, Eddy juga menegaskan, upaya melawan kampanye negatif dari Eropa hingga saat ini juga bersifat long-fight. Indonesia membutuhkan strategi yang jelas untuk melakukan white campaign sawit, tidak hanya cukup dengan bersikap reaktif, tetapi juga harus proaktif, ofensif, dan smartly aggressive. Oleh karena itulah, sudah saatnya Indonesia merubah strategi dengan melakukan counter attack.
“Semua yang dituduhkan sudah terbantahkan semuanya, meski hingga saat ini mereka (Eropa) masih belum berhenti melakukan diskriminasi terhadap sawit Indonesia, karena itulah kita siap untuk melawannya dengan tegas,” jelasnya.
Lanjut Eddy, upaya lainnya yang tengah dilakukan Indonesia adalah dengan melakukan pelaporan kepara organisasi perdagangan dunia WTO atas black campaign yang dilakukan negara-negara di Eropa atas sawit Indonesia.
“Padahal kita tahu bersama bahwa minyak nabati lain yang digunakan di Eropa seperti rapeseed juga memiliki dampak terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) dan lingkungan. Jadi, kita juga akan memermasalahkan bagaimana dengan rapeseed di Eropa, pemanfaatan fertilizer mereka yang berdampak pada biodiversity laut. Kita akan mengubah strategi, akan counter attack seperti yang disampaikan Presiden,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: