Dahulu Diragukan, Kini Ada 15 Negara yang Pakai Vaksin Sputnik V karena...
Rusia merupakan negara pertama yang mengumumkan pendaftaran vaksin Covid-19 buatannya untuk digunakan secara luas. Vaksinnya disebut "Sputnik", mengikuti nama satelit antariksa yang pertama kali diluncurkan Rusia pada 1957.
Namun, kurangnya transparansi dan uji klinis atas Sputnik V menimbulkan keragu-raguan, baik di dalam maupun luar negeri.
Baca Juga: Dubes Rusia Buka-bukaan Soal Vaksin Sputnik V: Kalau Indonesia Mau, Rusia Siap
Dalam waktu sekitar enam bulan ke depan, bisa saja kondisi itu berubah, saat banyak warga Rusia, termasuk jurnalis BBC Oleg Boldyrev, mulai divaksinasi dan Sputnik V kini menjadi andalan baru Rusia di tingkat global.
Pada Agustus 2020, Rusia mengumumkan pengembangan vaksin Covid-19. Stasiun televisi pemerintah State TV menyajikan laporan optimistis bahwa proyek itu jadi pertanda dunia sains Rusia berada di posisi terdepan dalam pengembangan vaksin covid, seperti halnya saat Sputnik menjadi satelit buatan manusia pertama yang berhasil meluncur ke antariksa lebih dari 60 tahun lalu.
Namun, saat vaksinasi massal dimulai Desember tahun lalu, banyak warga Rusia yang merasa tidak perlu buru-buru divaksin.
Bukan karena masyarakat tidak percaya vaksin - walau ada juga kaum anti-vaksin di negara itu.
Alasan utama masih banyak warga yang ragu-ragu adalah terkait begitu cepatnya pembuatan vaksin Sputnik V. Ini terbukti dari sedikitnya mereka yang mendaftar pada tahap awal vaksinasi.
Banyak orang Rusia saat itu memilih menunda untuk divaksin di tengah proses pendaftaran yang belum jelas dan antusiasme berlebihan dari kalangan pejabat pemerintah.
Presiden Vladimir Putin, yang membanggakan hadirnya Sputnik V kepada dunia, masih belum juga divaksin. Situasi itulah yang tidak bisa langsung mendongkrak kepercayaan masyarakat akan vaksin tersebut.
Kendati demikian, pemerintah melaporkan bahwa lebih dari delapan juta dosis yang telah dibuat akan dikirim ke negara-negara yang sudah memesan vaksin Rusia itu beberapa bulan lalu.
Sputnik V kini telah disetujui di 15 negara dan setidaknya sudah lima negara lagi yang mulai mempertimbangkan.
Di antara yang sudah setuju adalah beberapa negara eks blok komunis hingga Argentina, India, Iran, Tunisia, dan Pakistan. Beberapa negara lainnya, seperti China dan Korea Selatan, sudah menyatakan minat.
Badan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yaitu lembaga yang terafiliasi dengan negara, yang membantu pembiayaan Sputnik V, mengungkapkan bahwa lebih dari dua juta orang telah divaksin di penjuru dunia.
Bulan lalu, RDIF mengajukan pendaftaran Sputnik V di Uni Eropa. Jerman sudah menunjukkan minat, begitu vaksin tersebut sudah mendapat persetujuan UE.
Jurnal The Lancet yang memastikan tingkat kemanjuran Sputnik V turut mendongkrak posisi Rusia di dunia yang kini sangat berharap vaksin Covid tersedia secara luas.
Apakah keragu-raguan akan Sputnik V akan memudar?
Belum sekarang, tapi mungkin sebentar lagi. Data terkini dari jajak pendapat independen di Rusia menunjukkan bahwa 58% responden yang ditanya mengaku masih menolak divaksin Sputnik V, baru 38% yang mendukung.
Dari para responden yang mengaku sangat khawatir tertular virus corona, hanya setengah dari mereka yang siap menerima vaksin buatan Rusia itu.
Sepertiga dari responden yang tidak percaya Sputnik V masih ingin melihat bukti bahwa vaksin itu efektif.
Namun kalangan yang skeptis mungkin bisa diyakinkan oleh berita dari jurnal medis Inggris, The Lancet, yang menggolongkan Sputnik V sebagai vaksin Covid yang memiliki tingkat kemanjuran yang sama dengan vaksin-vaksin buatan Barat - yaitu sekitar 92%.
Kalangan kritikus menilai para ilmuwan tidak seluruhnya transparan. Namun, publikasi dari jurnal The Lancet itu telah menjadi dukungan besar bagi Sputnik V, baik di dalam negeri dan secara global.
Pengalaman mendapatkan vaksin Sputnik V
Di Rusia, vaksinasi pada awalnya dibatasi hanya untuk beberapa kalangan, yaitu tenaga medis, guru, polisi, dan petugas penting lainnya yang rutin langsung berhadapan dengan warga.
Faktanya, permintaan vaksin dari kalangan-kalangan tersebut masih begitu rendah, sehingga memungkinkan siapapun bisa langsung mendaftar untuk divaksin, apapun profesi mereka.
Salah satunya adalah warga non Rusia yang langsung bisa divaksin di sebuah klinik di Moskow tanpa hambatan.
Bahkan muncul laporan ada dosis-dosis vaksin yang terbuang percuma karena tidak dipakai.
Berapa banyak yang sudah divaksin di Rusia?
Saat menteri kesehatan Rusia melaporkan 800.000 vaksinasi di awal tahun ini, angka itu tidak sesuai dengan gabungan laporan pemerintah daerah. Data dari daerah-daerah, yang dikumpulkan para analis independen, menunjukkan tidak sampai seperempat dari angka yang diumumkan Menkes --yaitu di bawah 200.000.
Kini pemerintah mengatakan hampir tiga juta dosis "tersedia bagi tenaga medis Rusia." Tidak jelas apakah angka ini merujuk pada dosis tunggal atau paket dosis ganda.
Seorang analis independen menunjukkan kurang dari 1,5 juta warga Rusia (hanya lebih dari 1% dari total populasi) yang sudah divaksin tahap pertama. Sedangkan mereka yang sudah tuntas dua kali disuntik, menurut perkiraan yang sama, baru sebanyak 120.000 jiwa.
Pada tingkatan tersebut, perlu waktu tidak sampai tiga tahun untuk memvaksin setengah dari total rakyat Rusia dengan dua dosis Sputnik V yang dibutuhkan.
Namun Kepala Badan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), Kirill Dmitriyev, yang menjadi salah satu juru bicara Sputnik V, pekan lalu mengatakan laju kampanye vaksinasi telah meningkat dan semua warga Rusia yang ingin disuntik bisa menjalaninya sampai Juni mendatang.
Hingga kini Rusia masih tertinggal dari sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, maupun Spanyol, apalagi Israel, yang telah memvaksin 60 persen dari seluruh rakyatnya.
Apakah masih ada lagi vaksin buatan Rusia yang disiapkan?
Sputnik V bukanlah satu-satunya. Masih ada dua lagi vaksin yang disiapkan tim ilmuwan Rusia.
Sekali lagi, muncul pertanyaan mengenai kebenaran data ilmiah yang menyertai pengumuman itu.
Dan --seperti hanya setiap kemunculan vaksin Covid di mana pun - ada pembahasan soal berapa lama perlindungan vaksin itu akan berlangsung dan apakah mampu menghadapi munculnya varian baru Covid-19 yang lebih menular.
Bagaimana cara kerja Sputnik V?
Cara kerja vaksin Sputnik mirip dengan suntikan Oxford/AstraZeneca yang dibuat di Inggris dan vaksin Janssen buatan Belgia.
Sputnik menggunakan virus tipe dingin, yang direkayasa agar tidak berbahaya, sebagai kurir membawa sebagian kecil virus corona ke tubuh.
Memaparkan tubuh dengan aman ke bagian kode genetik virus akan membuatnya mengenali ancaman dan mempelajari cara memerangi virus tersebut tanpa berisiko menjadi sakit.
Setelah divaksin, tubuh mulai memproduksi antibodi yang dirancang khusus untuk virus corona. Ini berarti sistem kekebalannya siap memerangi virus corona ketika benar-benar sudah bertemu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: