Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dongkrak Peringkat, Calon Ketua IA ITB Ini Janjikan Apartemen buat Para Dosen

        Dongkrak Peringkat, Calon Ketua IA ITB Ini Janjikan Apartemen buat Para Dosen Kredit Foto: ITB
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Salah satu calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), Gembong Primadjaya, menyoroti turunnya peringkat ITB di dunia. Pada 1970-an, ITB masih di peringkat di bawah 100, namun kini menurut QS World Ranking University, sudah di peringkat 330-an.

        "Ditengarai ini juga akibat dosen ITB yang rendah tingkat kesejahteraannya, sehingga lebih fokus mencari proyek dibanding meneliti. Banyak mahasiswa master dan doktor yang tidak mampu membiayai penelitian," kata Gembong melalui siaran persnya, Kamis (11/2/2021).

        Gembong pun berjanji akan membangun apartemen yang layak bagi para dosen dan mengadakan beasiswa penelitian untuk mahasiswa ITB. Hal itu jika ia terpilih menjadi Ketua IA ITB.

        Baca Juga: 8 Kandidat Ketum IA-ITB Siap Bersinergi Wujudkan Harmoni Alumni

        Selain persoalan tersebut, Gembong juga berbicara mengenai apa yang bisa dilakukan ITB untuk lingkungan yang lebih luas. Misalnya saja bidang keagamaan.

        Dia melihat kondisi Indeks Kebebasan Berkeyakinan semakin memburuk beberapa waktu belakangan. Berdasarkan data BPS, indeks Kebebasan Berkeyakinan pernah mencapai skor 86,6 tahun 2015, kemudian anjlok ke 82,8 tahun 2018 dan 83,03 di 2019.

        Gembong mengatakan bagaimanapun alumni ITB juga berasal dari berbagai suku dan agama. Dia berkomitmen merawat pluralisme.

        “IA ITB harus menyelenggarakan acara-acara keagamaan pada waktu yang tepat sesuai dengan agama-agama yang diakui oleh pemerintah,” katanya.

        Satu persoalan lainnya adalah masalah yang dihadapi negara. Gembong menyampaikan berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia termasuk salah satu dari tiga negara yang menyumbang polusi udara terbesar di dunia.

        Solusi yang dia tawarkan adalah mendorong kapal-kapal lebih menggunakan bahan bakar LNG dibandingkan marine fuel oil yang mengandung zat pencemar cukup besar.

        “Ikatan alumni dapat menyiapkan sistem logistik nasional yang memungkinkan LNG bisa ditransport atau dibeli dengan harga yang lebih murah,” katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: