Bangun Fasilitas Produksi, Bos Kimia Farma Mau Impor Bahan Baku Obat Turun 24%
Pemerintah membentuk Holding BUMN Farmasi pada awal tahun 2020 dengan menetapkan PT Bio Farma (Persero) sebagai Induk Holding BUMN Farmasi serta PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) menjadi Anak Usaha Holding BUMN Farmasi.
Pembentukan Holding BUMN Farmasi ini ditujukan untuk menguatkan kemandirian industri farmasi melalui fokus area pengembangan bahan baku obat sesua sumber daya masing–masing, meningkatkan ketersediaan produk dan menciptakan inovasi bersama untuk penyediaan produk farmasi, di samping untuk menurunkan impor bahan baku farmasi.
Sinergi dari tiga BUMN yang tergabung dalam Holding BUMN Farmasi ini, diharapkan dapat menurunkan impor bahan baku farmasi atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang saat ini, lebih dari 90 - 95 persen bahan baku obat masih diimpor dari luar negeri.
Baca Juga: Bio Farma Segera Distribusikan 7,5 Juta Dosis Vaksin Covid-19 di Februari 2021
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Verdi Budidarmo mengungkapkan bahwa pihaknya sudah membangun fasilitas produksi Bahan Baku Obat (BBO) yang berlokasi di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dan sudah memilki sertifikasi Cara Pembuatan Bahan Baku Obat yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI.
Pengembangan Bahan Baku Obat dilakukan sesuai dengan prioritas kebutuhan nasional dimana sampai tahun 2020 telah berhasil memproduksi dan 9 item BBO di tahun 2020. Selain sertifikasi dari Badan POM RI, dilakukan juga sertifikasi Halal atas produk BBO dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengantisipasi implementasi UU 33 / 2014 Tahun 2019 tentang Jaminan Produk Halal.
“Kita harapkan akan menurunkan impor BBO hingga sekitar 23% di tahun 2024 dengan terus melakukan pengembangan BBO lainnya,” ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (16/2/2021).
Baca Juga: Kimia Farma Dukung Pemerintah dalam Kemandirian Industri Bahan Baku Obat Dalam Negeri
Ia menjelaskan jik dalam pengembangan BBO, PT Kimia Farma Tbk menjalin kerja sama dengan perusahaan dari Korea Selatan yaitu Sung Wun Pharmacopia Co. Ltd. “Kerja sama ini dilakukan karena Sung Wun memiliki kapabiltas riset pengembangan BBO serta memberikan kesempatan bagi para SDM kami untuk memperoleh transfer knowledge dan transfer technology dalam pengembangan dan produksi BBO,“ sambung Verdi.
Meski begitu, Verdi menuturkan apabila dalam mewujudkan kemandirian khususnya kemandirian BBO dalam negeri, tentunya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi mengingat industri BBO di Indonesia bisa terbilang baru dan masih belum banyak industri yang mengembangkan industri BBO. Beberapa tantangan yang harus dihadapi industri BBO di Indonesia antara lain dari aspek economic of scale, teknologi, SDM dan juga dari sisi regulasi.
“Untuk pengembangan industri BBO ini ke depan, sebagai start up industry tentunya diperlukan dukungan dari seluruh pihak untuk menyelesaikan tantangan industri BBO yang saat ini masih kita hadapi, sehingga ke depan kemandirian industri BBO ini dalam upaya mengurangi ketergantungan impor khususnya impor BBO Farmasi dan penguatan industri farmasi dalam negeri,“ kata Verdi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: