Baru sehari menyandang status sebagai Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming, sudah banyak menerima godaan. Salah satunya, digadang-gadang maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Apa jawaban Gibran?
"Enggak mikir. Enggak mikir," ujarnya.
Jawaban Gibran ini seperti menjiplak omongan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat digadang-gadang jadi cagub DKI, juga saat digadang-gadang jadi capres.
Baca Juga: Ketika Netizen Rayakan 'Perebutan' Usaha Gibran oleh Kaesang
Sejak terjun ke dunia politik sebagai calon Wali Kota Solo, sepak terjang Gibran memang mirip Jokowi, ayahnya. Salah satunya, kebiasan blusukan ke kampung-kampung atau pasar yang selama ini identik dengan Jokowi.
Ini juga yang dilakukan Gibran, usai dilantik sebagai Wali Kota Solo. Gibran langsung mengisi kegiatan pertamanya dengan blusukan. Kemarin, giliran Pasar Gede dan Pasar Klewer yang didatangi Gibran bersama Wakil Wali Kota, Teguh Prakosa. Mereka mengecek proses vaksinasi terhadap para pedagang pasar.
"Ini kan Sabtu-Minggu, kami selesaikan Pasar Gede. Kalau untuk Pasar Klewer, mulai hari ini sampai Jumat, karena pedagangnya lebih banyak," kata Gibran.
Setelah Pasar Gede dan Pasar Klewer, vaksinasi dilanjutkan ke Pasar Depok dan Pasar Hardjodaksino. Suami Selvi Ananda ini menyebut, vaksinasi juga akan menyasar lansia. Bahkan para lansia yang akan divaksin sudah mulai mendaftar melalui online.
"Kemarin yang lansia juga sudah daftar online. Besok Senin sudah mulai divaksin juga. Jadi ngebut semua di Solo," ucapnya.
Dia bersyukur pelaksanaan vaksinasi para pedagang berjalan baik. Para pedagang pun antusias untuk divaksin. "Kami salut kepada pedagang. Kami ingin, setelah divaksin pedagang sehat semua dan pasar tambah ramai. Setelah divaksin, protokol kesehatan tetap dijalankan," ujarnya.
Di sela-sela Gibran sedang blusukan itu, awak media iseng meramal karir politik Bos Markobar itu, ke depannya. Ketika ditanyakan peluangnya untuk maju di Pilgub DKI, Gibran terlihat kurang happy. Jawabannya terkesan cuek.
"Kita di Solo dulu. Isu itu juga berkembang sebelum saya dilantik, mosok sebelum dilantik mikir Jakarta. Nggak, nggak, nggak, kita selesaikan Solo dulu," bebernya.
Apalagi, Pilkada serentak termasuk DKI Jakarta, baru digelar tahun 2024. Tentunya masih cukup lama. Justu Gibran mengaku, lebih memikirkan untuk maju di Pilkada Solo periode kedua.
"Semua sesuai keinginan warga Solo saja. Kalau enggak dipilih dua periode, ya sudah. Tapi kita enggak mikir itu (Jakarta)," tandas politisi PDIP itu.
Baca Juga: Enam Pemimpin Daerah Ini Berpeluang Besar Manggung di Pilkada DKI Jakarta Mendatang
Politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno, meminta publik menyudahi pergunjingan politik terhadap Gibran. Jangan membangun harapan di tengah ketidakpastian masa depan.
"Dalam politik berlaku adagium dan prinsip one step at a time. Buat apa tergesa-gesa membuat dugaan. Sekarang musim bekerja, membangun reputasi, dan melayani rakyat," ujar Hendrawan, Sabtu (27/2/2021).
Dia mengajak publik menghilangkan kebiasaan melakukan glorifikasi suatu jabatan. "Belum apa-apa orang dibelenggu dengan iming-iming jabatan lebih tinggi. Kurang mendidik untuk bangunan demokrasi masa depan," tukas anggota Komisi XI DPR itu.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurniasyah menilai, Gibran sulit menembus ketatnya persaingan menjadi DKI-1. Karena ilmu dan strategi politik Gibran belum sematang ayahnya.
"Gibran terlalu dini, sementara Jokowi dulu dalam kondisi sangat matang sebagai politisi," tutur Dedi, Sabtu (27/2/2021).
Momentum kemunculan anak dan ayah itu pun berbeda. Jokowi muncul di waktu yang tepat saat masyarakat mendambakan pemimpin yang merakyat. Jokowi berhasil mengambil hati rakyat hingga dipercaya menjadi Gubernur DKI dan sekarang Presiden.
"Secara psikologis, kemunculan Gibran dan Jokowi berbeda. Jokowi muncul saat publik kehausan tentang sosok pemimpin merakyat, dan Jokowi berhasil mengambil momentum itu," papar jebolan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Menurutnya, IPO sendiri sedang menghimpun hasil surveinya terkait sosok yang berpeluang nyagub di DKI. Dia memasulkan nama-nama besar yang lebih dulu populer dibandingkan Gibran. Meski demikian, dia menyertakan Gibran dalam surveinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo