Pandemi Covid yang terjadi pada tahun 2020 telah mengguncang banyak perusahaan di berbagai sektor industri, termasuk pertambangan. Dari beberapa perusahaan yang berhasil survive menghadapi pandemi, Adaro Group adalah salah satu yang cukup inspiratif.
Mengingat pada masa itu, harga batubara pada pekan terakhir di bulan April 2020 bahkan telah anjlok sekitar 6,66% dan anjlok 23,89% jika dihitung sejak awal tahun. Hal ini tentu saja membuat bisnis Adaro Group mengalami tekanan besar.
Meskipun begitu, alih-alih melakukan PHK, perusahaan justru melakukan keputusan lain di berbagai lini bisnis sambil terus mencari langkah strategis. Ketika bercerita dalam acara Year End Dinner Selasa, 17 Desember 2024 di Greyhound Menteng, Boy Thohir sebagai pemimpin perusahaan mengatakan bahwa pihaknya berusaha kuat untuk tidak melakukan layoff. Mereka bahkan bahkan mencoba mengembangkan portofolio dengan cara menggarap industri aluminium.
Peluang untuk membaik bagi Adaro Group muncul bersamaan dengan meningkatnya intensi perang Rusia Ukraina, yaitu di awal tahun 2022. Konflik yang terjadi antara dua negara tersebut membuat pasokan batubara Eropa menjadi terganggu sehingga membuka peluang bagi perusahaan di berbagai negara lain, termasuk Adaro Group di Indonesia.
Di awal-awal permintaan negara Uni Eropa terhadap batubara Indonesia, Chief Financial Officer (CFO) Adaro Lie Luckman menyebut bahwa Adaro sudah melakukan pengiriman sebanyak 2-3 kapal atau sekitar 300.000 ton ke negara Belanda dan Spanyol.
Baca Juga: Ini Keuntungan Indonesia Setelah Resmi Gabung BRICS
Kebijakan pembelian batubara yang dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa tersebut membuat Adaro Group berhasil kembali stabil. Meskipun begitu, Boy Thohir belajar betul dari pengalaman sebelumnya ketika pandemi sehingga dengan cepat mengambil strategi lanjut agar perusahaan tidak mengalami masalah yang sama.
Seperti yang ia ceritakan ketika acara Year End Dinner di hadapan mitra dan pemimpin media, ketika itu Boy Thohir mengambil langkah green initiative. Berapa langkah yang diambil adalah dengan mengembangkan lini bisnis energi terbarukan, menjajaki hilirisasi batubara selain untuk PLTU, dan meningkatkan produksi coking coal.
Langkah yang diambil oleh Boy Thohir tersebut akhirnya sejalan dengan kebutuhan pemerintah untuk mencapai Net Zero Energy pada tahun 2060. Jika melihat kecenderungan pasar hari ini, maka langkah yang diambil tersebut sudah sangat tepat. Sebab, banyak konsumen kini yang mulai memperhatikan masalah sustainability.
Tak hanya berhenti di situ, Boy Thohir kini mengambil langkah penting untuk Adaro Group yaitu dengan melakukan spinoff. Adaro melakukan spinoff kepada anak usahanya di sektor batubara termal, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk atau yang dahulu bernama PT Alam Tri Abadi.
Pergantian nama juga dilakukan PT Adaro Energy Indonesia Tbk menjadi PT Alam Tri Resources Indonesia Tbk. Langkah ini menjadi salah satu langkah ADRO sebagai entitas induk untuk memperkenalkan identitas baru yang akan lebih fokus pada bisnis hijau dan pengembangan proyek ramah lingkungan, dengan pilar bisnis Adaro Minerals dan Adaro Green.
Nama “Alam” menjadi representasi perusahaan untuk mengolah kekayaan alam Indonesia dengan mengedepankan tanggung jawab dan inovasi berkelanjutan. Sementara kata “Tri” merupakan nama yang digunakan oleh semua keluarganya. Kata ini juga merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tiga, yang merepresentasikan tiga elemen kekayaan alam Indonesia, yaitu tanah, air, dan udara.
Baca Juga: Dari Kopi Keliling, Soedomo Mergonoto Sukses Ekspor 'Kapal Api' Hingga Pekerjakan Ribuan Karyawan
Berbagai langkah penting yang diambil oleh Boy Thohir ketika menghadapi pandemi hingga mengambil peluang dalam gejolak geopolitik telah menyelamatkan perusahaan dari tantangan. Kini, publik akan mengamati dan belajar dari kebijakan spinoff serta penggantian nama perusahaan yang dilakukan oleh Boy Thohir.
Penggantian nama menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Adaro Energy Indonesia Tbk telah berdiri sejak tahun 1970. Ketika itu, perusahaan Spanyol, Enadimsa, mengajukan penawaran konsesi batu bara di Blok 8 di Kabupaten Tanjung, Kalimantan Selatan.
Selanjutnya, entitas usaha tersebut diberi nama “Adaro” untuk menghormati keluarga Spanyol yang ikut andil dalam pertambangan. Seperti yang diketahui, Grup Adaro menjalankan operasi utama penambangan batubara di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, dengan sumber daya batubara sebesar 4 miliar ton dan cadangan batubara sebesar 1 miliar ton.
Grup ini memiliki 30 anak perusahaan, seperti Adaro Mineral, Makmur Sejahtera Wisesa, IndoMet Coal, Kalteng Coal, dan Adaro Power.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement