Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Beres Melancong di Irak, Paus Fransiskus Bikin Jadwal Plesiran ke Daerah yang Menderita

        Beres Melancong di Irak, Paus Fransiskus Bikin Jadwal Plesiran ke Daerah yang Menderita Kredit Foto: Reuters
        Warta Ekonomi, Baghdad -

        Paus Fransiskus mengatakan kunjungan berikutnya adalah ke Lebanon yang "menderita".

        Sky News Arabia melaporkan hal itu mengutip pernyataan Paus yang membuat pengumuman dalam penerbangan pulang ke Vatikan dari Irak.

        Baca Juga: Masyaallah, Paus Fransiskus Khusyuk Dengarkan Lantunan Tilawah Quran Surah Ibrahim

        "Patriark al-Rahi Lebanon meminta saya dalam perjalanan ini untuk singgah di Beirut. Masalahnya tampak kecil bagi saya. Ini adalah kehancuran di depan apa yang diderita Lebanon. Saya menulis surat kepadanya dan berjanji mengunjungi Lebanon, Lebanon hari ini sedang dalam krisis, dan di sini saya tidak ingin menyimpang dari siapa pun. Ini adalah krisis eksistensial. Perjalanan saya berikutnya adalah ke Lebanon," papar Paus Fransiskus.

        Paus telah mengakhiri kunjungan bersejarah ke Irak, yang berlangsung selama empat hari.

        “Lebanon adalah satu pesan. Lebanon sedang dalam penderitaan. Lebanon mewakili lebih dari sekedar keseimbangan. Lebanon memiliki beberapa kelemahan yang diakibatkan keragaman, sebagian dari keragaman ini belum dapat didamaikan, tetapi Lebanon memiliki kekuatan rakyat yang telah berdamai, seperti kekuatan pohon Cedar,” ujar Paus Fransiskus.

        Lebanon mengalami krisis politik dan ekonomi. Dalam perkembangan terbaru, Presiden Lebanon mengatakan kepada pasukan keamanan untuk mencegah penutupan jalan setelah pengunjuk rasa menutup jalan utama di penjuru negeri selama tujuh hari berturut-turut pada Senin.

        Demonstran marah karena lebih dari setahun krisis ekonomi dan kelumpuhan politik selama berbulan-bulan.

        Pihak keamanan dan pejabat pemerintah memerintahkan tindakan keras terhadap siapa pun yang melanggar undang-undang moneter dan kredit, termasuk biro valuta asing.

        Sejak pound Lebanon, yang telah kehilangan 85% nilainya, jatuh ke level terendah baru pekan lalu, pengunjuk rasa telah memblokir jalan setiap hari.

        “Kami telah mengatakan beberapa kali bahwa akan ada eskalasi karena negara tidak melakukan apa-apa,” ungkap Pascale Nohra, pengunjuk rasa di jalan raya utama di daerah Jal al-Dib.

        Ketika krisis keuangan Lebanon meletus pada akhir 2019, gelombang protes massal mengguncang negara itu.

        Kemarahan meluap pada para pemimpin yang dianggap membiarkan korupsi di negara itu selama beberapa dekade.

        Puluhan ribu lapangan kerja telah hilang, rekening bank dibekukan, dan banyak warga yang jatuh miskin.

        Pada Senin, tiga jalan utama menuju selatan ke ibukota diblokir. Di Beirut, pengunjuk rasa menutup jalan di depan bank sentral.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: