Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Awas! Efek Samping Jika KLB Demokrat Disahkan: Hubungan SBY-Jokowi Bisa Memanas

        Awas! Efek Samping Jika KLB Demokrat Disahkan: Hubungan SBY-Jokowi Bisa Memanas Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, mengatakan bahwa hubungan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama ini relatif baik. SBY tidak pernah secara frontal mengkritik Jokowi. Namun, hubungan mereka terancam memanas jika Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat Sibolangit disahkan pemerintah.

        "Kalau Jokowi melalui Menteri Hukum dan HAM mensahkan hasil KLB Deli Serdang, keberpihakan pemerintah sulit untuk dibantah. Hal ini kiranya akan memicu kemarahan SBY terhadap Jokowi," ujar Jamiluddin dalam pesan singkatnya, Jumat (12/3/2021).

        Baca Juga: Gara-Gara Nama SBY, AHY Dilaporkan ke Pihak Kepolisian

        Sebab, menurut Jamiluddin, dengan kasat mata, KLB ini tidak memenuhi dasar hukum baik UU Partai Politik maupun AD/ART Partai Demokrat. Panasnya hubungan SBY dan Jokowi akan membahayakan kondusivitas politik nasional. Kemarahan pendukung SBY akan sulit untuk dikendalikan. Bagaimanapun juga, suka tidak suka, baik Jokowi maupun SBY sama-sama memiliki banyak pengikut.

        "Kalau para pengikut kedua belah pihak turut terlibat dalam konflik tersebut, maka akan makin kacaulah politik nasional," ungkap Jamiluddin.

        Menurut Jamiluddin, kekacauan itu akan makin meluas bila kelompok prodemokrasi turut terlibat. Pihak prodemokrasi tampaknya lebih berpihak kepada Partai Demokrat. Keberpihakan mereka  karena mereka melihat ancaman demokrasi di Indonesia begitu nyata. Mereka ini, selain militan, juga memiliki basis massa yang sangat besar.

        "Jadi, kalau hubungan SBY dengan Jokowi memanas, dikhawatirkan terjadi eksklasi kekacauan politik dalam jangka panjang," kata Jamiluddin.

        Hal itu, kata Jamiluddin, tentu tidak diinginkan sebab akan merugikan bangsa dan negara tercinta. Karena itu, Jokowi harus bijak dalam melihat hasil KLB Deli Serdang agar hubungan baiknya dengan SBY selama ini tetap terjaga.

        Ini akan membuat politik nasional tetap kondusif sehingga bangsa ini dapat fokus mengatasi Covid-19 dan terpuruknya ekonomi nasional. Sebenarnya, Jamiluddin menjelasksan, saat Jokowi maju pada Pilpres 2014, SBY juga tidak menyudutkan Jokowi. Bahkan, SBY membebaskan kader Partai Demokrat untuk memilih Jokowi atau Prabowo.

        Padahal, bila saat itu SBY meminta kadernya memilih Prabowo, kemungkinan besar Jokowi tidak terpilih sebagai presiden. Namun dengan netralnya SBY, maka sebagian kader Partai Demokrat memilih dan turut mengantarkan Jokowi menjadi presiden pada tahun 2014.

        "Memang pernah ada masalah antara SBY dengan Jokowi. Saat itu, SBY difitnah mendanai kegiatan suatu demo. Namun, hal itu dapat mereka selesaikan dengan datangnya SBY menemui Jokowi di Istana," ucap Jamiluddin.

        Dikatakan Jamiluddin, kalau ada kritik yang dilayangkan SBY, hal itu bukan disasar kepada pribadi Jokowi. SBY lebih mengkritik kebijakan Pemerintahan Jokowi. Namun, kritik SBY selalu memberi solusi sehingga kritiknya bersifat konstruktif. Jadi, dari sisi SBY, tampaknya tidak ada persoalan yang prinsip dalam hubungannya dengan Jokowi.

        "SBY tampak berupaya menghormati Jokowi sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Namun, hubungan itu bisa saja memanas bila Jokowi mensahkan hasil KLB Deli Serdang," ucap Jamiluddin.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: