Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Upaya Pemerintah Tingkatkan Minat Literasi Baca dan Tulis

        Upaya Pemerintah Tingkatkan Minat Literasi Baca dan Tulis Kredit Foto: Dok. Panpel Webinar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tantangan pandemi covid-19 dan pesatnya perkembangan teknologi digital telah mengubah cara kita beraktivitas dan bekerja, fenomena ini semakin mempertegas bahwa kita sedang menghadapi era disrupsi teknologi. Menghadapi hal tersebut, semua pihak harus mempercepat kerja sama dalam mewujudkan agenda transformasi digital Indonesia. 

        Demikian diungkapkan oleh Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, pada pembukaan acara Webinar Digital Society “Paradigma Literasi Baca Tulis di Era Digital” yang diadakan pada Kamis, 1 April 2021. Salah satu pilar penting untuk menghadapi hal tersebut adalah dengan menciptakan masyarakat digital, di mana kemampuan literasi digital masyarakat memegang peranan penting di dalamnya. Baca Juga: Kemkominfo dan Kemendikbud Ajak Masyarakat Bijak Gunakan Medsos

        “Kemampuan literasi digital merupakan kemampuan yang paling krusial dalam menghadapi perkembangan teknologi saat ini, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tidak hanya mengenal teknologi, namun juga cermat dalam menggunakannya,” ujar Semuel. Baca Juga: Tekan Hoaks dan Perkuat Keamanan Data Pribadi, Ini Jurus WhatsApp-Kemenkominfo-ICT Watch

        Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama GNLD Siberkreasi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini disiarkan secara live streaming melalui kanal YouTube Siberkreasi, Direktorat Sekolah Dasar, Pendidikan.id dan Kemkominfo TV dan aplikasi Zoom. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Jumeri, selaku Dirjen PAUD, Dikdas dan Dikmen Kemendikbud. Ia menyampaikan pesan bahwa kita perlu meningkatkan kemampuan literasi digital agar masyarakat bisa memanfaatkan teknologi digital dengan benar.

        Jumeri mengemukakan bahwa minat baca di negara ini termasuk yang paling rendah, maka ia berharap kepada anak muda Indonesia khususnya, bahwa dengan meningkatnya kemampuan memanfaatkan teknologi informasi bisa meningkatkan juga minat baca lewat platform digital. Ia juga berharap dengan berbagai informasi yang diberikan oleh para narasumber pada acara webinar ini, bisa membuat para orang tua, guru, siswa, dan mahasiswa meningkat kemampuan literasinya.

        Nara sumber lain, Gufran A. Ibrahim, selaku Guru Besar Antropolinguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun, mengatakan bahwa saat ini kita sedang mengalami dua lompatan besar dalam perilaku atau tradisi baca tulis, dari tanpa jari ke membaca dengan sentuhan jari pada gawai, sehingga menurutnya, ada pengalaman dan pembelajaran kecerdasan kinestetik di dalamnya. Ia juga mengatakan bahwa keuntungan dari membaca di era digital ini adalah peluang untuk mendapatkan bacaan yang semakin banyak dan beragam semakin besar.

        “Tapi setelah punya gawai, malah memulai berkebiasaan lisan seperti update status, ngobrol sana sini, dan malah lebih banyak berbicara dengan diri sendiri, dan malas membaca buku,” jelasnya.

        Achmad Fahrodji selaku Direktur Utama PT. Balai Pustaka (Persero), menambahkan, Balai Pustaka memiliki Program Peningkatan Literasi Siswa (PPLS), di mana Balai Pustaka menawarkan agar sekolah-sekolah se-Indonesia mengirimkan wakilnya untuk dilatih menulis. Selain itu, Balai Pustaka juga membuat produk berupa taman bacaan digital bernama Edu BP yang dapat diakses tanpa terkoneksi ke internet.

        “Alat ini hanya dicolokkan ke listrik, tanpa perlu koneksi internet, dia akan menjadi Wi-Fi, di mana seluruh kontennya bisa diakses oleh pemegang HP tanpa tersedot kuotanya, jadi di daerah pedalaman dan daerah tertinggal alat ini akan dipasang,” ujarnya.

        Mengenai disrupsi teknologi, Rangga Adi Negara selaku Sub Koordinator Fasilitasi Literasi Digital Kemkominfo, memberikan beberapa contohnya seperti peralihan dari ojek konvensional ke ojek online, banyaknya marketplace online yang telah menyediakan barang yang lebih murah dan lebih komplit dari mall, di masa pandemi di mana restoran-restoran kini sudah menjual produknya secara online, dan dari dunia pendidikan di mana buku-buku kini menjadi buku digital.

        Dengan adanya internet, informasi akan semakin mudah dicari, tetapi Rangga mengingatkan bahwa informasi yang dibaca di internet kini preferensinya semakin berubah. Ia mengatakan bahwa saat ini berita-berita yang dibaca kebanyakan hanyalah judulnya saja, sehingga ini menjadikan maraknya clickbait dan membuat kebiasaan yang mengganggu untuk kemampuan baca tulis.

        “Kami dari Kemenkominfo memiliki sebuah program yaitu Program Literasi Digital Siberkreasi, yang mulai tahun ini akan dilaksanakan secara masif di 514 kabupaten dan kota, selain itu ada juga repositori pengetahuan yang bisa dilihat dan diunduh secara gratis oleh masyarakat,” jelasnya.

        Di akhir sesi acara, Opik selaku Ketua Forum TBM / Founder Komunitas Ngejah, menambahkan bahwa tips jitu dalam mempertahankan mood untuk menulis dan membaca adalah jadikan menulis dan membaca sebagai kebutuhan. Jika dijadikan sebagai kebutuhan, maka ketika kita tidak membaca kita akan kehilangan banyak informasi dna tentu saja pengetahuan itu bisa menjadi amunisi ketika kita berdialog dengan yang lain, dan salah satunya adalah dengan membaca. 

        Opik juga menambahkan, dua upaya yang bisa dilakukan agar kegiatan membaca bisa melembaga adalah dengan mulai membacakan buku cerita kepada anak dan lanjutkan terus kegiatan ini hingga ke jenjang selanjutnya, misal dari PAUD, lanjutkan ke SD, SMP, hingga SMA agar anak bisa merasa bahwa membaca adalah sebuah kebutuhan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: