Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Reshuffle Kabinet Jilid II: Siapa Saja Pantas Didepak dan Dilantik?

        Reshuffle Kabinet Jilid II: Siapa Saja Pantas Didepak dan Dilantik? Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Isu perombakan atau reshuffle kabinet mencuat belakangan ini dan menyita perhatian banyak pihak. Mantan Ketua Umum Laskar Jokowi, Mochtar Mohamad membeberkan sejumlah tokoh yang patut dipertimbangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk masuk Kabinet Indonesia Maju jika reshuffle itu dilakukan nantinya.

        "Nama yang patut dipertimbangkan oleh Presiden sebagai calon menteri adalah para mantan Kapolri yakni Jenderal Polisi (Purn) Drs Da'i Bachtiar, Jenderal Polisi (Purn) Drs H Sutarman, dan Jenderal Polisi (Purn) Drs Idham Azis," ujar Mochtar Mohamad dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/4/2021).

        Mochtar Mohamad menilai Da'i Bachtiar sudah sangat berpengalaman membantu Presiden RI kelima Megawati menghadapi krisis di tahun 2001-2004. "Sementara dari unsur TNI, nama Mayjen TNI (Purn) Dr H TB Hasanuddin, Jenderal TNI (Purn) Mulyono, dan Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Sutomo patut menjadi pertimbangan," katanya.

        Baca Juga: Menteri Inisial M Disebut-sebut Bakal Dicongkel, Moeldoko Kena Reshuffle?

        Baca Juga: Reshuffle Kabinet Indonesia Maju: Nadiem Makarim Aman, Bambang Brodjonegoro Terdepak

        Dia mengatakan para jenderal yang tidak berambisi untuk nyapres akan membuat kabinet berjalan lebih kondusif dan stabil, serta akan fokus pada permasalahan-permasalahan bangsa. Dia melanjutkan, nama lain dari kalangan professional yang telah terjun sebagai politikus juha patut menjadi pertimbangan presiden.

        "Kecakapan dalam politik dan memiliki kapasitas secara profesional membangun bangsa ada dalam diri Ir Hasto Kristiyanto, Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, Ir Sukur Nababan, serta Ir Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kesemuanya telah terukur memiliki kapasitas, setia kepada NKRI dan mampu mengatasi masalah pada bidangnya masing-masing," jelasnya.

        Pada saat krisis pandemi COVID-19 ini, lanjut dia, pemerintah banyak melakukan refocusing pada pemulihan kondisi ekonomi bangsa. Dia mengatakan, fokus tersebut diharapkan pemerintah untuk dapat memandirikan ekonomi masyarakat.

        Pada saat kondisi darurat ini, dia menyarankan sebaiknya pemerintah mengubah status bencana nasional non alam menjadi Status Negara Melawan COVID-19 serta kemudian mengganti nama kabinet dari Kabinet Indonesia maju menjadi Kabinet Trisakti. "Merujuk pada Trisakti Bung Karno yang mencakup seluruh kebutuhan bangsa yakni berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan," tuturnya.

        Diketahui, Presiden Jokowi berencana melebur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) menjadi satu. Kemudian, Presiden Jokowi juga berencana membentuk Kementerian baru yakni Kementrian Investasi yang semuanya telah disetujui oleh DPR.

        Mochtar Mohamad menuturkan di reshuffle pertama pada Desember 2020, Jokowi merombak ulang posisi Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Sosial, Menteri Pariwisata, Menteri Agama, Menteri Perdagangan dan Menteri Kesehatan. "Bukan tidak mungkin adanya perubahan kabinet kali ini akan berdampak pada reshuffle kementerian lain yang harus dievaluasi oleh Presiden," tuturnya.

        Di era krisis ekonomi seperti ini, menurut dia, Presiden Jokowi membutuhkan orang yang disiplin, jujur, teruji cinta NKRI menghadapi krisis yang begitu berat dihadapi oleh bangsa Indonesia. "Selain itu, mencermati beberapa Menteri kabinet yang berniat maju dalam pilihan presiden pada tahun 2024, maka reshuffle pada saat ini menjadi kebutuhan mendesak, mengingat tahapan Pilpres akan dimulai pada tahun depan," ucapnya.

        Baca Juga: Isu Reshuffle Mencuat, Eks Jubir Gus Dur Kasih Bisikan ke Jokowi

        Kemudian, ujar dia, alasan lain yang patut dipertimbangkan oleh Presiden Jokowi yakni memperbesar koalisi partai pemerintah dalam upayanya mengajak setiap elemen bangsa bersama-sama menghadapi krisis ekonomi. "Nama pertama yang patut dipertimbangkan untuk di-reshuffle adalah Menteri BUMN, Erik Thohir. Segudang permasalahan di BUMN nyatanya tidak mampu diselesaikan oleh Erik Thohir. Dari kasus Jiwasraya, Kerugian pada Wika, tagihan macet BUMN dan banyak lainnya, ironisnya Erik Tohir lebih terlihat kegenitannya sebagai calon Presiden," katanya.

        Kemudian, dia menilai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang sudah selayaknya di-reshuffle karena penggambungkan kementerian. "Menteri penggantinya harus orang yang menguasai banyak permasalahan dari Pendidikan hingga memahami kultur kebudayaan bangsa Indonesia," paparnya.

        Nama lain yang patut di-reshuffle, kata dia, adalah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang dinilai gagal membendung impor seperti beras, jagung dan kedelai. "Selain nama-nama di atas, Menteri- Menteri lain yang berniat Nyapres sebaiknya di-reshuffle agar fokus kabinet dalam menghadapi krisis tetap terjaga," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: