Dato Sri Tahir Jadi Konglomerat Pertama Indonesia yang Tanda Tangani Giving Pledge Bill Gates
Dato Sri Tahir dalam acara 'How to be a Good Entreprenur' yang diselenggarakan Tempo tahun 2019 silam. Ia mengungkap bahwa menurutnya, manusia itu terbagi dari empat level. Level pertama adalah orang yang selalu 'Be Yourself'.
Orang barat selalu menggaungkan 'Be Yourself'. Padahal, bagi Tahir, ini adalah kasta terendah pola pikir manusia. Banyak manusia di kalangan barat yang akhirnya bekerja hanya mengikuti hobi, kesukaan atau passion. Sementara pada level ketiga, manusia bekerja dengan tanggung jawab. Rasa tanggung jawab ini lebih besar dari sekedar bekerja dengan hobi atau passion.
Baca Juga: Punya Reputasi dan Harta, Dato Sri Tahir Tegas Gak Tertarik Terjun ke Politik
Tahir bercerita, ada seorang direktur yang ingin cuti selama satu bulan untuk menjernihkan pikiran karena terlalu stress. Lalu, Tahir menunjukkan bahwa banyak tukang ojek yang bekerja tanpa kenal apa itu stress. Yang mereka tahu hanyalah pergi bekerja untuk membawa pulang uang demi keluarga dan anak-anaknya.
Tahir juga mengisahkan anaknya yang sempat ingin bekerja sesuai passion, tetapi Tahir larang dan berikan satu perusahaan untuk dikelola olehnya. Selang beberapa tahun, anaknya justru sukses dengan bisnis yang dikerjakan. Itu semua karena adanya rasa tanggung jawab. Terlebih anaknya kini sudah menikah dan sudah punya anak. Rasa tanggung jawabnya pun jelas semakin besar.
Namun, rasa tanggung jawab bukanlah level manusia tertinggi. Bagi Tahir, level manusia tertinggi adalah manusia yang visionary. Orang-orang yang visionary inilah yang bisa melihat 100 langkah di depan, sementara teman-temannya hanya melihat 10 langkah di depan. Dan 100 langkah itulah yang menguasai hidup orang itu untuk terus maju dan mengubah dunia.
"Hanya orang yang memiliki visi yang bisa mengubah dunia ini, bukan orang yang pekerja keras." ujar Tahir.
Dato Sri Tahir adalah satu-satunya pengusaha Indonesia yang menandatangani Giving Pledge. Suatu organisasi filantropi yang dibuat oleh Bill Gates dan Warren Buffett untuk orang-orang kaya di dunia membagikan sebagian besar kekayaan mereka untuk beramal.
Tahir tergerak demikian karena ia lahir dari ayah yang tukang becak. Tetapi hari ini, Tahir adalah salah satu orang terkaya di Indonesia. Tahir berkata bahwa ia bahkan tak pernah bermimpi ada di posisinya hari ini.
Oleh karena itu, setiap kali ada bencana, Tahir akan selalu berupaya hadir di hari pertama atau hari kedua untuk membantu. Visi hidupnya inilah yang membuat hidupnya solid.
Dengan memegang empat level kehidupan manusia, seseorang bisa menjadi pengusaha yang baik dengan tiga persyaratan ini:
1. Dia harus bisa meyakinkan dan memberi tahu ke para pengikutnya, bahwa ia sebagai bos perusahaan adalah bos terbaik yang bisa membawa karyawan dan bisnisnya ke level yang lebih tinggi. Ia juga harus memiliki grand plan (rencana besar) serta kemampuan untuk membawa pengikutnya ke level-level tinggi.
2. Bisa menjadi panutan atau model yang baik bagi karyawan dan pemegang saham.
3. Harus bisa memberikan nilai tambah pada diri sendiri atau perusahaan. Sebagai contoh, batang kayu kalau dibakar dengan api hanya menjadi bahan bakar, tetapi batang kayu kalau diukir bisa menjadi karya seni. Jadilah pengusaha yang bisa memberikan nilai tambah atas segala sesuatu dan menjadi manfaat bagi banyak orang.
Tahir mengungkap meski di tengah kesibukan, ia akan selalu menyempatkan diri untuk berbagi atau menolong orang yang membutuhkan. Karena selain bekerja, membantu orang lain juga menjadi ibadah.
Tahir bercerita ia pernah mengunjungi Beirut, Lebanon, tanpa rasa takut jika ada hal buruk menimpanya. Ia berkata bahwa jika ia memang berakhir di sana, maka itu akan menjadi akhir yang baik baginya. Karena itu, ia tak pernah takut mengunjungi daerah yang penuh peperangan.
Bahkan, Tahir mengangkat 5 orang anak pengungsi beragama Muslim menjadi cucu angkatnya dan ia belikan rumah di Damaskus.
"Sebelum bicara bagaimana cara menjadi pengusaha yang baik, kita harus tahu dahulu bagaimana cara menjadi orang yang baik," tandas Tahir.
"Kalau bukan orang baik, tidak mungkin kamu bisa menjadi pengusaha yang baik," tambahnya lagi.
Tahir juga menyinggung bagaimana Bill Gates menjadi contoh orang yang visionary yang bisa mengubah dunia. Bill Gates telah mengeluarkan lebih dari USD33 miliar untuk pencegahan penyakit, salah satunya polio. Indonesia bisa mendekati bebas polio karena ada orang-orang seperti Bill Gates yang visionary.
Karena itu, prinsip dasar hidup Tahir adalah ia berawal dari bawah dan akan kembali memberi untuk yang di bawah. Selain itu, Tahir juga meyakini bahwa kita tidak memiliki satu hal apa pun di muka bumi. Semua di muka bumi adalah milih Tuhan. Kita sebagai manusia hanya mengolah dan mengatur harta yang Tuhan titipkan.
Jika kita merasa memiliki atas harta yang kita miliki hari ini, maka kita adalah orang yang paling tidak tahu diri.
Meski saat ini Tahir kita kenal sebagai sosok yang luar biasa, tetapi ia juga pernah mengalami kegagalan. Meski demikian, ia selalu memilih untuk jatuh lalu bangkit dan mengambil hikmah serta pelajaran dari setiap kegagalan yang ia alami.
Ia juga menginvestasikan hartanya untuk kesehatan dan pendidikan, karena dasarnya ia hanya ingin memberikan manfaat dan kebaikan. Karena bagi Tahir, melakukan kebaikan itu adalah keberkahan untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang yang menerima. Sama halnya seperti mengobati orang sakit, maka dirinya sendiri yang akan sembuh terlebih dahulu.
"Waktu Anda membantu orang, yang pertama dibantu itu Anda sendiri, bukan orang itu," ujar Tahir.
Namun, keberkahan tak harus disamakan dengan uang. Karena, keberkahan dari Tuhan bisa berbentuk hal lain, seperti keluarga yang harmonis, anak-anak yang baik, dan diarahkan Tuhan untuk lebih banyak melakukan hal baik juga menjadi keberkahan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami