Politisi PDIP Andreas Hugo Pareira, merespons penilaian publik terkait pertemuan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dengan Mendikbud Nadiem Makarim, yang dikatakan sebagai upaya penyelamatan di tengah isu reshuffle kabinet.
"Memangnya Nadiem dalam bahaya apa sehingga perlu diselamatkan?" katanya, kepada wartawan, Kamis (22/4) kemarin. Baca Juga: Kamus Sejarah Tak Muat Tokoh NU, PBNU Tegas: Bukan Salah Nadiem!
Lanjutnya, ia menegaskan abhwa pihaknya dan Nadiem merespons cepat permintaan masyarakat untuk memasukkan pelajaran Pancasila. Baca Juga: Mendikbud Digoyang Isu Reshuffle, Bu Mega Berikan Wejangan, Mas Nadiem Langsung Bereaksi
Menurut dia, Nadiem sangat gesit dalam kebijakan pendidikan.
"PDIP bersama Mendikbud Nadiem merespons cepat tanggapan masyarakat yang meminta untuk memasukkan mata pelajaran Pancasila menjadi mata pelajaran wajib dalam PP 57 2021 tentang Standardisasi Pendidikan Nasional. Justru di sini hal sangat positif dari Nadiem yang responsif dan gesit dalam kebijakan-kebijakan dalam pendidikan," ujarnya.
Karena itu, ia merasa binggung kenapa ada pihak yang keras mengkritik Nadiem.
Ia juga heran dan mempertanyakan apa salah Nadiem hingga harus diganti.
"Soal yang mengkritik, saya malah bingung, apa salah Nadiem? Korupsi tidak, selama ini sangat baik menerjemahkan visi-misi Presiden soal pembangunan SDM dalam bidang pendidikan. Lantas apa alasannya?" ucap anggota Komisi X DPR RI ini. Baca Juga: Mendikbud Digoyang Isu Reshuffle, Bu Mega Berikan Wejangan, Mas Nadiem Langsung Bereaksi
"Apa dosa Mr Nadiem ini sehingga harus diganti?" tambahnya.
Adapun, Ketua Umum Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer menyoroti dua nama yang dinilai cukup diperhitungkan untuk menggantikan menteri dengan kinerja melempem yakni Yusril Ihza Mahendra dan cendikiawan muslim Prof Jimly Asshiddiqie.
Menurutnya, Yusril pantas dimandati sebagai Menteri Sekretaris Negara yang sebelumnya diduduki oleh Pratikno sedangkan Prof Jimly akan menempati Kemendikbud-Ristek.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil