Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pemilik Supermarket HERO dan Giant serta IKEA Masih Berdarah-darah, Rugi Sampai Miliaran Rupiah

        Pemilik Supermarket HERO dan Giant serta IKEA Masih Berdarah-darah, Rugi Sampai Miliaran Rupiah Kredit Foto: The Guardian
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Hero Supermarket Tbk (HERO) pemilik supermarket HERO dan Giant serta pemegang lisensi waralaba IKEA, mengalami kerugian sebesar Rp2 miliar pada tiga bulan pertama tahun 2021. Angka tersebut memang jauh lebih baik dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun 2020 kerugian perseroan mencapai Rp44 miliar.

        Namun, pada kuartal I tahun 2020 perseroan masih terpuruk hingga terkapar 32,2% dariRp2,6 triliun menjadi Rp1,76 triliun. Alhasil, laba kotor perseroan juga amblas 29,7% dari Rp703 miliar menjadi Rp494 miliar.

        Presiden Direktur, PT Hero Supermarket Tbk, Patrik Lindvall mengatakan bahaw perseroan terus menghadapi tantangan signifikan pada kuartal pertama tahun 2021 akibat pandemi COVID-19 terkait dengan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan perubahan pola belanja pelanggan. Bisnis Groseri serta Kesehatan dan Kecantikan Perseroan secara signifikan terus terkena dampak negatif dari pandemi ini.

        “Pembatasan-pembatasan dalam PPKM menyebabkan perubahan dalam perilaku belanja pelanggan dan pola permintaan barang serta juga berdampak pada penurunan jumlah kunjungan pelanggan ke toko-toko Perseroan yang berada di dalam mal. Toko perabotan rumah tangga IKEA juga terkena dampak dari pembatasan kapasitas operasional di dalam toko, sebagian dari hal tersebut dapat diimbangi oleh pertumbuhan e-commerce yang solid,” katanya, dalam keterangan di Jakarta, Senin (3/5/2021).

        Baca Juga: Perang Tekor Pemilik Giant vs Hypermart: Hero Supermarket vs Matahari Ibarat Pinang Dibelah Dua!

        Ia menuturkan bahwa kinerja Keuangan Perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp 2 miliar. Meskipun kerugian tersebut mengecewakan, namun kerugian pada kuartal ini akan jauh lebih besar jika tidak dilakukan pemulihan atas ketentuan kewajiban sewa yang dibukukan pada periode sebelumnya. Pendapatan bisnis IKEA dipengaruhi oleh pembatasan kapasitas operasional serta gangguan perdagangan akibat COVID-19 yang sebagian diimbangi oleh pertumbuhan e-commerce yang solid.

        “Total laba operasional dipengaruhi oleh penurunan profitabilitas toko karena pendapatan yang lebih rendah, serta tingginya biaya pra-pembukaan yang dikeluarkan untuk membuka toko-toko baru yang direncanakan akan dibuka pada tahun 2021. Selama kuartal tersebut, IKEA Indonesia telah membuka toko ketiganya di Bandung, menandai tonggak penting lainnya dalam perkembangan waralaba di dalam negeri,” terangnya.

        Baca Juga: Bak Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula, Sudah Tutup Giant Tapi HERO Masih Aja Merugi Triliunan Rupiah

        Perkembangan positif terus dicapai sehubungan dengan pembukaan gerai IKEA keempat di Jakarta Garden City, yang diharapkan selesai tahun ini. Kinerja bisnis Kesehatan dan Kecantikan Guardian secara signifikan terus dipengaruhi oleh pembatasan terkait pandemi di Indonesia dan perubahan pola belanja pelanggan. Pengurangan jam operasional, penutupan sejumlah mal, pemberlakuan pembatasan jumlah kapasitas di pusat perbelanjaan, dan berkurangnya jumlah kunjungan pelanggan secara signifikan, semuanya mempengaruhi penjualan dan profitabilitas Guardian. Guardian tetap berkomitmen untuk memperkuat proposisi nilai dan relevansinya dengan pelanggan, dan terus fokus pada pengendalian biaya untuk memastikan dapat keluar secara solid dari kondisi perdagangan yang sulit saat ini.

        Sementara itu, kinerja keuangan bisnis ritel Groseri PT Hero terus terkena dampak secara signifikan oleh pandemi. Pembatasan sosial yang ketat, larangan perjalanan domestik dan khususnya, penutupan atau pemberlakuan pembatasan-pembatasan yang ketat di pusat perbelanjaan/mal telah mengubah pola belanja pelanggan secara substansial dan mengurangi jumlah kunjungan pelanggan ke lokasi-lokasi ini.

        “Akibatnya, hal ini secara material mempengaruhi kinerja hipermarket sebagai destinasi belanja dalam format besar yang merupakan penyewa utama di pusat perbelanjaan/mal dan merupakan tempat mayoritas dimana area toko-toko Giant berada,” tututpnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: