Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bong Chandra Blak-Blakan Bikin Deg-Degan, Katanya Bakal Ada Kemakmuran Panjang Setelah Krisis Besar!

        Bong Chandra Blak-Blakan Bikin Deg-Degan, Katanya Bakal Ada Kemakmuran Panjang Setelah Krisis Besar! Kredit Foto: Instagram/bongchandra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam buku "The Fifth Season", Bong Chandra membedah iklim kelima yaitu investasi. Buku "The Fifth Season" ditulis langsung oleh Bong Chandra bersama rekannya, Danny Sutradewa.

        Pendiri Trinity Land ini mengungkap dalam kanal YouTube-nya di video bertajuk "5 Iklim Investasi - Bedah buku "The Fifth Season" bahwa musim kelima yang dimaksud adalah musim investasi/musim ekonomi/musim keuangan.

        Baca Juga: Keren Euy! Lulusan Dokter dari Harvard, Istri Mark Zuckerberg Sangat Peduli dengan Dunia Pendidikan

        Menurut Bong Chandra, generasi saat ini cukup beruntung karena lahir di 'musim' ini jika dibandingkan dengan generasi tahun 1919. Mengapa demikian? Karena pada saat itu ada Flu Spanyol, lalu Depresi Hebat tahun 1929, Perang Dunia 1 tahun 1940-an, Perang Dunia 2 tahun 1945 hingga Perang Vietnam tahun 1960.

        "Kita selalu bisa mengambil pelajaran dari masa lalu," ujar Bong Chandra.

        Lebih lanjut, Bong Chandra menambahkan bahwa konsepnya sama seperti GPS yakni ada orang yang melewati jalan tersebut kemudian memasukannya ke dalam data. Buku "The Fifth Season" pun ada untuk menganalisa data-data dari masa lalu serta untuk menemukan bagaimana cara agar bisa berhasil mendominasi, tak hanya bertahan.

        Buku "The Fifth Season" dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 'The Big Cycle', 'The Plan', 'Execution'

        Dalam bagian pertama, 'The Big Cycle' terdapat BAB 'The Long Period of Prosperity' yakni musim kelima akan diikuti dengan krisis besar. Setelah krisis besar tersebut, akan diikuti dengan The Long Period of Prosperity alias kemakmuran yang panjang.

        Ini bisa dibuktikan pada krisis finansial global tahun 2008. Saat itu, harga saham jatuh, banyak pengangguran, dan kerusakan sistem ekonomi dunia hingga menyebabkan bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar.

        "Dan ini sistemik, jadi, seperti domino effects," terang Bong Chandra.

        Selanjutnya, untuk menggerakkan kembali roda ekonomi, bank sentral dunia mencetak uang sebesar USD800 miliar. Dan terbukti, pada tahun 2009-2010, Amerika Serikat (AS) merasakan The Longest Expansion.

        Sejak 2009, efeknya terasa hingga ke berbagai negara, bahkan Indonesia. Puncaknya harga saham, IHSG, sangat baik pada 2009 hingga 2013. Sama seperti krisis 1998, setelah itu akan ada The Long Period of Prosperity.

        Bong Chandra pun mengaitkan dengan pandemi Covid-19 2020 ini. Saat itu, banyak orang, bahkan perekonomian dipaksa untuk berhenti dan memulai kembali. Bong Chandra menyebut ini sebagai 'Krisis Multidimensi'. Namun, masih ada opportunity (kesempatan) dengan perbandingan yang menjadi jauh lebih adil.

        Bagian selanjutnya adalah 'The Plan', yang memiliki BAB 'Built Your Multiverse'. Bong Chandra mengambil contoh bagaimana Disney memiliki Master Plan dari setiap produknya. Salah satunya adalah Marvel Cinematic Universe yang memiliki banyak tokoh dan karakter di dalamnya. Meski tengah pandemi corona sekalipun, MCU tetap hadir di platform online Disney yaitu Disney+ seperti Wanda Vision, Loki, dan lain sebagainya.

        Poinnya adalah Bong Chandra mengungkap bahwa kita harus membangun Multiverse atau ekosistem kita sendiri, seperti Disney. Dari satu karakter atau tokoh bisa menjadi berbagai macam marchandise.

        Selain contoh Disney, Bong Chandra juga memberikan contoh klub besar sepak bola seperti Real Madrid, Manchester United, dan lain sebagainya. Menurut Bong Chandra, klub besar itu tak hanya soal kompetisi tetapi juga membangun Multiverse atau ekosistem mereka sendiri. Mulai dari sponsorship, kolaborasi, marchandise dan lain sebagainya.

        "Ketika kita ingin fokus pada bisnis dan investasi, jangan hanya fokus mengejar keuntungan, tetapi bagaimana kita membangun ekosistem," tukas Bong Chandra.

        Kemudian dalam bagian kedua: 'The Plan', masih ada BAB 'Questioning Growth' atau Mempertanyakan Pertumbuhan. Pada tahun 2020, ketika pandemi menyerang, kelihatan perusahaan mana yang sehat. Kebanyakan perusahaan pada tahun 2019 ekspansi besar-besaran hingga menimbulkan utang dan kelabakan ketika pandemi datang.

        Questioning Growth mengubah mindset dari yang tadinya bekerja 'ke samping' (ekspansi) jadi bekerja 'ke dalam' untuk memiliki organisasi yang lebih rapi, kokoh dan sehat.

        Bagian terakhir atau yang ketiga adalah 'Execution'. Di sana ada BAB yang menarik yaitu 'Finding The Next Mark Zuckerberg'

        Sang pendiri Facebook ini telah membuat Facebook sukses menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia. Meski Mark Zuckerberg kian disorot, tetapi ada sosok lain yang tak kalah penting yaitu Eduardo Saverin. Saverin adalah teman satu kamar kos Mark Zuckerberg dari kampus yang sama.

        Saverin juga yang memberikan investasi pertamanya sebesar USD15.000. Namun, setelah perusahaan berdiri, semakin banyak perdebatan dan perbedaan visi. Saverin mengajak Zuckerberg untuk memasang iklan, tetapi ditolak Zuckerberg karena ingin banyak orang merasakan manfaat dari saling terhubung terlebih dahulu.

        Setelah itu, Facebook mendapatkan investasi dari Peter Thiel sebesar USD500.000 dan membuat kepemilikan saham Saverin diperkecil hingga kurang dari 10 persen. Di sinilah titik awal ketidakcocokan mereka. Saverin pun mundur dari jabatannya sebagai eksekutif Facebook. Namun, ia masih memiliki saham di Facebook hingga kini bernilai USD10 miliar. Saat ini, Saverin telah pindah ke Singapura dan membangun perusahaan investasi.

        Menurut Bong Chandra, Saverin adalah orang yang beruntung di dunia karena berhasil menemukan sosok seperti Mark Zuckerberg. Karena itu, Bong Chandra mengingatkan untuk kita agar tidak hanya mengandalkan diri sendiri, karena sejatinya masih banyak di luar sana orang yang lebih pintar dari kita.

        So, find your Mark Zuckerberg!

        Dalam buku "The Fifth Season" juga ada bagian 'Never Build an Empire, Fund Them'. Jangan pernah membangun kerajaan, tetapi danai mereka. Dalam sejarah pernah ada Roman Empire, British Empire, Mongol Empire, Russian Empire, Spanish Empire dan Qing Dynasty. Pada puncak kejayaan 400 tahun sebelum masehi, Roman Empire, salah satu empire tertua dan terbesar menguasai 3,71 persen wilayah dunia. Tetapi pada akhirnya runtuh. Dan pemenangnya adalah yang mendanai.

        Karena itu, Bong Chandra melihat sosok Eduardo Saverin sebagai sosok pemenang dari kerajaan Facebook yang dibangun Mark Zuckerberg.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: