Kisah Perusahaan Raksasa: Aluminium BUMN China Chalco Sukses Tembus Pasar Dunia
Aluminum Corporation of China Limited atau dikenal sebagai Chalco adalah perusahaan multinasional China yang memproduksi aluminium. Korporasi yang memiliki markas pusat di Beijing ini telah menjadi salah satu produsen aluminium terbesar ketiga di China, bahkan ia salah satu perusahaan raksasa yang terdaftar dalam Fortune Global 500.
Chalco adalah salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki status perusahaan raksasa berdasar pendapatannya. Fortune mencatat, perusahaan memiliki kekuatan finansial cukup baik di tahun 2020, sehingga peringkatnya pada Fortune naik 34 poin ke urutan 217 dunia.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Itau Unibanco, Konglomerat Perbankan dari Amerika Latin
Di posisi tersebut, Chalco mengantongi 51,64 miliar dolar AS pada pendapatannya. Itu juga naik 13,8 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu yang lain adalah meroketnya keuntungan dari hasil penjualan perusahaan. Angkanya tidak main-main, laba Chalco menanjak sekitar 142,4 persen dari 2019. Dengan begitu, kini raksasa aluminium itu memiliki 273,2 juta dolar AS yang dihasilkan dari keuntungannya.
Perusahaan memiliki sejumlah segmen bisnis meliputi, pemurnian aluminium, peleburan utama aluminium, dan terakhir energi. Segmen pertama melakukan penambangan dan mendapatkan biji bauksit, lalu mereka mengubahnya menjadi alumina. Hasilnya ada dua, menjual alumina dalam bentuk kimiawi dan yang satu lagi berbentuk metal galium.
Segmen peleburan meliputi pendidihan biji bauksit untuk menghasilkan metal aluminium utama. Selain itu, perushaan memproduksi karbon, produk paduan aluminium dan juga sejumlah produk lainnya berbahan dasar aluminium.
Yang terakhir, segmen energi perusahaan meliputi produksi batu bara, menghasilkan energi dari batu bara, mengembangkan pembangkit listrik angin dan surya. Bukan Cuma itu, mereka juga menciptakan kelengkapan energi baru, serta mengintegrasikan kelistrikan batu bara dengan operasional aluminium.
Lebih lanjut, Warta Ekonomi pada Kamis (8/7/2021) akan mengulas kisahnya dalam artikel perusahaan raksasa. Untuk itu, simak tulisan selengkapnya dalam artikel di bawah ini.
Sebuah raksasa BUMN China yang berdiri tahun 2001 menjadi produsen utama alumunium negara itu. Pasar mudah dikendalikan Chalco karena produsen saat itu yang terbesar dan didukung pemerintah hanyalah perusahaan asal Beijing ini.
Masih di tahun yang sama, Chalco secara resmi melantai di bursa efek New York, Hong Kong, dan juga Shanghai. Dalam perjalanannya, Chalco secara efektif pada 10 Juni 2008 terdaftar dalam Hang Seng Index sebagai perusahaan blue chip.
Perusahaan kemudian menginvestasikan uang senilai 3 miliar dolar AS untuk memulai operasi pertambangannya yang direncanakan beroperasi tiga hingga empat tahun. Lokasi tambangnya berada di Morococha, Peru. Di sana, perusahaan kemudian merencanakan untuk mengekstraksi tembaga di Gunung Tomorocho.
Chalco memegang 9 persen saham di perusahaan pertambangan Anglo-Australia, Rio Tinto. Korporasi ini menguasai cadangan bijih besi yang besar di Australia. Pada tanggal 5 Juni, Rio Tinto melanggar kesepakatan dengan Chinalco untuk membeli saham yang lebih besar di perusahaan tersebut, dengan dukungan dari perusahaan pertambangan Anglo-Australia saingannya BHP Billiton. Rio Tinto diharapkan membayar biaya pemutusan sebesar 195 juta dolar AS sesuai dengan kontrak yang ditandatangani sebelumnya oleh kedua belah pihak.
Pada tahun 2010, Chalco melaporkan laba bersih sebesar 778,01 juta yuan China, peningkatan yang dramatis jika dibandingkan dengan kerugian perusahaan sebesar 4,62 miliar yuan dari tahun sebelumnya. Perusahaan memuji kenaikan harga dan strategi pengendalian biaya yang efektif dengan perputaran keuangan.
Selama Juli 2011, Chinalco menandatangani perjanjian jangka panjang dengan penambang Mongolia Tavan Tolgoi untuk mengimpor lebih dari 15 juta ton batu bara kokas setiap tahun untuk memenuhi permintaan domestik yang meningkat.
Operasinya dalam pabrik aluminium, di tahun 2013, Chalco menjual produk berbahan dasar aluminium antara lain casting, slab band, foil, ingot aluminium yang dilebur, serta logam galium. Produk-produk ini digunakan dalam konstruksi, listrik, pengemasan, transportasi, barang-barang konsumsi yang tidak tahan lama, bahan papan keras, kawat dan kabel, keramik, bahan tahan api, binatu, petrokimia, dan industri dirgantara.
Sementara itu, bisnisnya di Peru mencatatkan banyak hasil. Di tahun 2013, tambangnya menghasilkan sekitar 250.000 ton tembaga per tahun. Investasi kemudian ditambah, kini angkanya 1,3 miliar dolar AS tahun 2017 untuk memperluas produksi tembaga setelah mencapai target produksi tahunan. Ekspansi ini diproyeksikan untuk menambah 70.000 ton per tahun untuk proyek tersebut.
Chalco lagi menginvestasikan 1,3 miliar dolar di tambang Toromocho pada 2018, yang diakuisisi pada 2007. Proyek ini online pada tahun 2013 dan, selain tembaga, terutama memproduksi perak dan molibdenum. Investasi tersebut merupakan peningkatan sebesar 45 persen pada tahun 2020, dengan nilai produksi dari langkah ini diperkirakan akan melebihi 2 miliar dolar.
Chinalco pada prinsipnya terlibat dalam ekstraksi aluminium oksida, elektrolisis aluminium murni dan pemrosesan dan produksi aluminium serta perdagangan perdagangan dan layanan teknik dan teknis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: