Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PPKM Darurat Sudah Seminggu Berjalan, Bansos Mana Bansos! Rakyat: Pak Presiden Kami Lapar

        PPKM Darurat Sudah Seminggu Berjalan, Bansos Mana Bansos! Rakyat: Pak Presiden Kami Lapar Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali sudah berjalan seminggu. Namun, sampai kemarin, bantuan sosial alias bansos yang dinanti-nanti rakyat miskin belum juga cair.

        Aturan PPKM Darurat pada intinya menyuruh rakyat agar di rumah saja. Tak usah ke mana-mana untuk mengurangi penyebaran Corona. Hampir semua kegiatan ekonomi dibatasi.

        Baca Juga: Duh! Mobilitas Masih Tinggi , Warganya Mas Gibran Masih Abaikan PPKM Darurat

        Di lapangan, aturan ini berdampak langsung pada sosial ekonomi masyarakat. Para pedagang mengeluh pendapatannya berkurang drastis lantaran tak ada pembeli.

        Sopir angkutan umum dan pengemudi online merasakan kegundahan serupa. Penghasilan menurun karena penumpang kian sepi. Padahal mereka juga harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

        Kegundahan para sopir angkutan umum yang susah cari duit tergambar dalam sebuah video pendek yang viral di media sosial, kemarin. Video ini antara lain diunggah kembali oleh politisi Demokrat Andi Arief di akun Twitter miliknya, @andiarief__. “Aksi grafiti sopir bajaj: Pak Presiden kami lapar,” kicau Andi, memberikan keterangan.

        Video berdurasi 30 detik itu direkam seorang pria di malam hari. Video itu memperlihatkan deretan bajaj warna biru yang sedang mangkal di sebuah ruas jalan.

        Perekam menyorotkan lensa kameranya ke bagian belakang bajaj. Para tukang bajaj ini mengungkapkan keluhan mereka di masa PPKM Darurat dengan menulisi bagian belakang bajaj mereka. Macam-macam tulisannya. Ada yang menulis “Pusing, Kurang Makan”. Di bajaj lain tertulis, “Pak Presiden Kami Lapar”.

        “Pak, Sopir bajaj lapar tuh Pak. Tuh pak, tuh, pusing kurang makan,” kata si perekam. Sampai tadi malam, video tersebut sudah ditonton 21 ribu kali dan disukai seribu pengguna.

        Keluhan orang lapar makin sering terdengar di linimasa Twitter. Pemilik akun @lira_ssl mengaku kasihan melihat banyak orang kehilangan pekerjaan. “Kasihan. Gak ada kerjaan jadinya ambyar,” kicaunya.

        Akun @rasyakhalifah menanyakan bansos yang dijanjikan pemerintah sejak bulan lalu. “Bansos mana ya Pak Pemerintah. Rakyat banyak yang kelaparan ni,” ungkapnya. Serupa diungkapkan akun @wawanabd. Dia bertanya kepada Menteri Sosial Tri Rismaharini yang berjanji akan mencairkan bansos pada pekan pertama bulan Juli. “Bansosnya mana, Bu? Rakyat perlu makan,” ujarnya.

        Kesulitan rakyat mencari makan ini juga diungkapkan pakar hukum tata negara, Margarito Kamis. Kata dia, PPKM Darurat sudah mengganggu kegiatan ekononi rakyat, sehingga bikin susah rakyat.

        Situasi saat ini sudah tak baik-baik saja. Jangankan warga di daerah, warga Jakarta yang berada di pusat kekuasaan dan tempat duit banyak berputar, kondisinya juga susah. Ia pun mengritik pemerintah yang lamban menyalurkan bansos.

        Hal senada dikatakan Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal. Menurut dia, PPKM Darurat telah menghambat mobilitas masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang pekerjaannya bergantung pada mobilitas orang mengalami penurunan pendapatan. Dengan begitu, potensi mereka jatuh ke bawah garis kemiskinan makin besar.

        Dia menerangkan, setidaknya terdapat 26 juta penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini ditambah dengan adanya penduduk yang rentan miskin sekitar 67 juta penduduk. Nah, orang yang rentan miskin ini sangat bergantung pada bansos.

        Faisal menyebut, adanya penambahan anggaran untuk BST berpotensi dapat meredam laju peningkatan jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Meski begitu, dia menilai bertambahnya garis kemiskinan akan dipengaruhi dari seberapa baik penanganan Covid-19.

        Awal bulan lalu, Menteri Sosial Tri Rismaharini memang menjanjikan bansos akan cair di minggu pertama bulan Juli. Ada sejumlah bansos yang dibagikan kepada rakyat. Beberapa di antaranya adalah Bantuan Sosial Tunai (BST) dan Program Keluarga Harapan (PKH).

        Sebagai kompensasi PPKM Darurat, selain menerima uang tunai, penerima BST akan menerima tambahan beras 10 kg. BST akan cair sebanyak Rp 600 ribu untuk bulan Mei-Juni.

        Namun, sampai kemarin, tanda-tanda bansos akan cair belum kelihatan juga. Bahkan, Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan sudah mengingatkan soal bansos ini.

        Luhut meminta TNI dan polisi di masing-masing daerah harus memastikan masyarakat, khususnya di slum area atau daerah kumuh, tetap memiliki makanan.

        “Sekali lagi micro-targeted. Vaksin, obat, kemudian bansos yang berupa beras untuk mereka yang berada di kawasan pinggiran harus dapat terlaksana, jangan sampai mereka tidak bisa makan,” ujar Luhut.

        Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian meminta kepala-kepala daerah memberikan bansos dalam bentuk sembako atau non tunai kepada masyarakat terdampak Corona yang belum mendapatkan bansos tunai dari Kementerian Sosial.

        Anggaran untuk bantuan tersebut dapat diambil dari APBD atau pagu anggaran di dinas sosial masing-masing daerah. Selain dari APBD, ia juga mendorong pemerintah daerah untuk memanfaatkan bantuan langsung tunai (BLT) dana desa. Di dalam Peraturan Menteri Keuangan, 8 persen dana desa boleh digunakan untuk kepentingan penanganan Corona.

        Lalu kapan bansos akan cair? Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, paling lambat minggu kedua bulan ini. “Mudah-mudahan paling lambat pada minggu kedua bulan Juli, bansos akan bisa disalurkan ke seluruh pelosok Tanah Air,” katanya.

        Dia berharap, penyaluran bansos ini bisa membantu masyarakat miskin bertahan di masa sulit ini. Juga sebagai salah satu langkah untuk menekan kenaikan angka kemiskinan akibat pandemi Covid-19. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: