Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pekan III Juli 2021: Pembatasan Aktivitas Tak Mampu Batasi Gerak Harga CPO

        Pekan III Juli 2021: Pembatasan Aktivitas Tak Mampu Batasi Gerak Harga CPO Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Melewati pekan III Juli 2021, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat 75 persen dari yang sebelumnya US$681 per MT atau setara dengan Rp9.874.500 (kurs Rp14.500) menjadi US$1.191 per MT atau setara dengan Rp17.269.500 per MT (kurs Rp14.500) secara y-o-y.

        Jika dibandingkan pekan lalu, average price yang tercatat tersebut menguat 3 persen dari yang sebelumnya sebesar US$1.157 per MT atau setara dengan Rp16.776.500 per MT (kurs Rp14.500). Meski penyebaran pandemi Covid-19 masih masif di Indonesia, harga rata-rata CPO tersebut berada jauh di atas level harga threshold yang sebesar US$750 per MT.

        Baca Juga: Harga CPO di Pekan I Juli 2021: Kembali Mendaki

        Tidak hanya itu, harga CPO saat ini juga menjadikan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani meningkat. Kenaikan harga terjadi di tengah kenaikan nilai ekspor CPO Indonesia per Mei, yang mencapai US$3 miliar.

        Bagi Indonesia, ekspor CPO menyumbang 18,5 persen terhadap komoditas ekspor. Gapki melaporkan, kenaikan nilai ekspor tidak hanya dipicu lonjakan harga, tetapi juga kenaikan volume, yakni sebesar 12 persen, menjadi 2,95 juta ton.

        Di Malaysia, ekspor sepanjang paruh pertama bulan ini menguat 3,8 persen menjadi 682.426 ton, sebagaimana dilaporkan oleh perusahaan penyurvei kargo Societe Generale de Surveillance pada Kamis lalu, sebagaimana diberitakan Reuters.

        Faktor utama yang memengaruhi harga CPO tetap berada di level terkuatnya adalah permintaan terhadap minyak nabati dunia yang terus meningkat, terutama untuk soybean yang diekori CPO. Wakil Ketua Umum III Gapki, Togar Sitanggang, mengatakan, "Harga CPO pasti akan mengikuti permintaan soybean. Jika harga soybean naik, pasti harga CPO juga terdampak positif, ikut naik."

        Togar menjelaskan, sejak pertengahan tahun lalu, kenaikan harga CPO membonceng minyak matahari (sunflower), sedangkan mulai awal tahun ini pergerakannya membonceng minyak kedelai (soybean) karena ada masalah produksi di Amerika Utara dan Amerika selatan.

        "Sampai akhir tahun ini, harga CPO akan tetap mengacu harga soybean. Soybean ke mana, harga CPO ikut: Soybean happy, CPO happy. Soybean dan soft oil termasuk minyak sawit, biodiesel, pergerakannya sejalan perekonomian yang membaik. Kalau situasi Covid-19 dan ekonomi membaik, program biodiesel termasuk di RI jalan, itu menjadi faktor tambahan yang membuat harga minyak nabati membaik. Kami berpikir rata-rata harga CPO (FOB) bisa US$1.000 per ton tahun ini," kata Togar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: