Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Selamatkan Lebanon, Konglomerat Ini Dipilih untuk Duduki Kursi Perdana Menteri

        Selamatkan Lebanon, Konglomerat Ini Dipilih untuk Duduki Kursi Perdana Menteri Kredit Foto: Flash90/Miriam Alster
        Warta Ekonomi, Beirut -

        Pengusahan kaya yang bergerak di bidang komunikasi sekaligus mantan perdana menteri, Najib Mikati, dipilih oleh anggota parlemen pada Senin (26/7/2021) untuk menjabat lagi sebagai perdana menteri baru Lebanon saat negara itu tengah diguncang berbagai krisis politik-ekonomi.

        Mikati yang merupakan lulusan Harvard memperoleh 72 suara dari 118 anggota parlemen, cukup untuk membawanya terpilih sebagai PM. Dia didukung oleh sebagian besar partai politik Lebanon termasuk kelompok Muslim Syiah yang didukung Iran, Hizbullah. Namun, Mikati menghadapi tentangan dari partai Presiden Michel Aoun yang seorang Kristen Maronit.

        Baca Juga: Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri Pamit Undur Diri Setelah Berbulan-bulan...

        Mikati sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri sementara selama tiga bulan pada tahun 2005 setelah peristiwa pembunuhan bom mobil terhadap Rafik Hariri. Kemudian ia juga kembali dilipih pada tahun 2011, dan pada tahun 2013 hingga 2014. Ia juga menjabat sebagai menteri pekerjaan umum dan transportasi di tiga kabinet yang berbeda antara tahun 1998 dan 2004.

        Upaya agar tidak terpuruk dalam krisis

        Terpilihnya Mikati mengakhiri kebuntuan politik yang telah melumpuhkan perekonomian Lebanon. Ia menggantikan PM sementara sebelumnya, Saad Hariri yang mengundurkan diri setelah hampir 10 bulan gagal membentuk kabinet baru.

        Mikati akan menghadapi tugas berat untuk mencoba mengarahkan Lebanon keluar dari apa yang dikatakan Bank Dunia adalah sebagai salah satu krisis keuangan terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.

        Mikati pun meminta rakyat Lebanon untuk mendukungnya. "Saya tidak memiliki tongkat sihir dan, sendirian, saya tidak bisa membuat keajaiban terjadi," katanya dikutip dari kantor berita AFP.

        Pembentukan pemerintah baru bisa memakan waktu berbulan-bulan, tetapi dengan adanya krisis ekonomi, melonjaknya tingkat kemiskinan, jatuhnya mata uang, dan kurangnya barang-barang dasar mulai dari obat-obatan hingga bahan bakar, pembentukan tersebut tidak bisa ditunda.

        Setelah terpilihnya Mikati, nilai tukar pound Lebanon pun melonjak ke angka 1.526 per dolar AS, setelah sempat jatuh di angka 1.507 per dolar AS, angka terendah sepanjang bulan Juli.

        Bagaimana reaksi negara lain?

        Kementerian Luar Negeri Prancis pada Senin (26/7/2021) mengatakan bahwa membentuk sebuah pemerintahan yang "kompeten dan mampu" untuk menerapkan reformasi "penting untuk pemulihan negara" adalah hal mendesak bagi Lebanon.

        Seorang juru bicara untuk Kepala Kebijakan Asing Uni Eropa menyerukan agar pemimpin-pemimpin politik Lebanon untuk "bekerja sama."

        "Sekarang sangat penting bahwa pemerintah yang kredibel dan akuntabel dibentuk di Lebanon tanpa penundaan, pemerintah yang mampu mengatasi krisis ekonomi dan sosial yang parah yang dihadapi negara," demikian pernyataan Uni Eropa setelah terpilihnya Mikati.

        Sebelumnya pada awal bulan ini, Prancis mengumumkan akan menyelenggarakan konferensi internasional pada 4 Agustsus 2021 dengan bantuan PBB untuk "menanggapi kebutuhan rakyat Lebanon, yang situasinya memburuk setiap hari."

        Siapakah Najib Mikati?

        Mikati yang berusia 65 tahun adalah seorang Muslim Sunni dari kota Tripoli.

        Ia bersama kakaknya, Taha, memiliki perusahaan investasi M1 Group yang memiliki saham di perusahaan-perusahaan di berbagai industri di seluruh dunia, termasuk perusahaan telekomunikasi Afrika Selatan hingga perusahaan mode Prancis.

        Menurut Forbes, Mikati memiliki kekayaan bersih $2,7 miliar (Rp39,1 triliun).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: