Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        ACCA, IAI, dan AFA Promosikan Lingkungan Kerja yang Beragam, Setara, dan Inklusif

        ACCA, IAI, dan AFA Promosikan Lingkungan Kerja yang Beragam, Setara, dan Inklusif Kredit Foto: IAI
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Keberagaman dan inklusi menjadi isu yang cukup kencang di lingkungan kerja. Demi terus menggaungkan kepentingan kedua hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA) sukses menyelenggarakan webinar "Leading in Inclusion, Are You In or Out?".

        Sejak didirikan pada tahun 1904, ACCA memiliki core values yakni memfasilitasi profesi yang terbuka untuk semua. Inklusi, bersama dengan integritas dan inovasi, sekarang menjadi tiga nilai inti ACCA, yang menghubungkan.

        Hani Karunia, Head of ACCA Indonesia menjelaskan tema ini diangkat untuk menjawab tuntutan jaman dan desakan yang berkembang bahwa bisnis harus mencerminkan keragaman masyarakat yang tak ada habisnya, dan menghormati kebutuhan semua kepentingan. "Isu inklusivitas adalah masalah penting karena dunia begitu kompleks, sangat beragam, dan bisnis yang tidak mencerminkan kenyataan itu akan gagal," kata Hani.

        Baca Juga: Kerja Sama dengan IAMI, ICAEW Komitmen Terus Kembangkan Profesi Akuntan di Indonesia

        ACCA dalam risetnya yang berjudul "Leading Inclusion" menunjukkan 73% persen responden melihat profesi akuntan merupakan profesi yang inklusif.Penelitian ini dilakukan pada lebih dari 10.049 responden yang berasal dari anggota ACCA beserta afiliasi pada Oktober 2020.

        "Tapi dari riset ini juga jadi alarm peringatan karena masih ada 27% responden yang merasa ini bukan profesi inklusif. Untuk itu masih perlu banyak terobosan baru agar ada perubahan persepsi," kata Hani.

        Indah Budiani, Director of Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menambahkan ada dua cara untuk dapat menerapkan prinsip keberagaman dan inklusi dalam perusahaan. Pertama mengikuti instrumen Sustainable Development Goals (SDGs) Compass, yang akan memandu integrasi arah dan strategi bisnis dengan SDGs.

        Baca Juga: Pentingnya Literasi dan Inklusi Keuangan untuk Pegawai

        Kedua membuat stakeholder mapping yang bertujuan setiap orang merasa nyaman dalam keberagaman dan melihat keragaman sebagai tantangan dan bukan sebagai masalah.

        "Saya percaya perusahaan yang menjunjung tinggi keragaman atau dan inklusif dapat mengalami profitabilitas juga secara kinerja perusahaan," kata Indah.

        Henny Dewanto, Partner Shinewing menambahkan kedua isu tersebut juga sangat relevan terutama saat melibatkan pekerja perempuan. Di negara Asia termasuk juga Indonesia, selalu ada pertimbangan khusus bagi sejumlah perusahaan kala akan melibatkan karyawan perempuan.

        "Saya perlu melewati beragam tantangan sebelum berada di posisi sekarang ini. Banyak yang meragukan kemampuan saya hanya karena saya seorang wanita. Tapi semua tantangan itu berhasil saya hadapi," kata Henny.

        Ia menambahkan perlunya kepercayaan diri dan juga pemikiran yang positif agar merubah paradigma terhadap posisi pemimpin wanita. Keberagaman dna inklusi pada akhirnya harus dilihat sebagai upaya mendorong perubahan yang lebih baik di dunia kerja.

        Estelita C. Aguirre, Former President AFA menambahkan untuk menciptakan dan menumbuhkan rasa kepemilikan akan lingkungan kerja harus dimulai dari para pemimpin. Untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, para pemimpin harus membangun hubungan dengan karyawan secara personal.

        "Para pemimpin juga harus mengerti apa kebutuhan publik serta mereka harus memiliki IQ dan juga EQ yang mumpuni," kata Estelita.

        Baca Juga: 66% Investor Muda Yakin Kinerja Investasi Berwawasan Lingkungan Lebih Moncer Ketimbang...

        Ia menambahkan setiap pemangku kepentingan baik dari lingkungan pemerintahan, swasta dan publik harus memastikan bahwa inklusi dan keberagaman menjadi suatu norma. Inklusi dan keberagamanjuga harus dilihat sebagai jalur untuk mendorong inovasi dan perubahan positif di dunia, bukan sebagai formalitas belaka.

        Nunuy Nur Afiah, Council Member IAI menjelaskan mengadvokasi dan membangun budaya inklusi dan keberagaman perlu dilakukan oleh setiap pemangku kepentingan dengan beragam cara. Keterlibatan dan kontribusi semua orang tercermin dalam mempromosikan, mengembangkan, dan melibatkan tim yang beragam, sambil memanfaatkan berbagai perspektif guna menciptakan hasil yang lebih baik di masa depan.

        "Lingkungan pemerintahan, organisasi, para profesional bertanggung jawab untuk mempromosikan nilai inklusi dan keberagaman," jelas Nunuy.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: