Raisi Diundang Hadiri Pertemuan Puncak Regional di Irak, Diramal Bersua Erdogan dan Raja Salman
Presiden baru Iran yang konservatif Ebrahim Raisi telah diundang ke pertemuan puncak regional yang direncanakan di Baghdad. Pengumuman disampaikan oleh kantor kepresidenan Iran pada Selasa (10/8/2021) selama kunjungan diplomat top Irak.
Undangan itu disampaikan ke ibu kota Iran oleh Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein. Sehari setelah Baghdad mengumumkan pertemuan puncak yang ditetapkan akhir bulan ini.
Baca Juga: Macron Menyerukan Iran Kembali ke Pembicaraan Nuklir Sebelum Barat...
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengkonfirmasi bahwa dia berencana untuk hadir, sementara Irak mengatakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Raja Arab Saudi Salman juga telah diundang.
Kepresidenan Iran tidak mengkonfirmasi apakah Raisi akan menerima undangannya, tetapi sebuah pernyataan setelah pertemuannya dengan Hussein mengutip dia menyambut inisiatif Irak.
“Kerja sama antara negara-negara kawasan tanpa campur tangan asing adalah syarat yang diperlukan untuk keamanan kawasan yang stabil,” tambah Raisi dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Times of Israel, Kamis (12/8/2021).
Pengumuman kepresidenan datang setelah Hussein bertemu dengan timpalannya dari Iran Mohammad Javad Zarif di Teheran, menurut media Iran.
Kedua pria tersebut membahas “hubungan bilateral dan perkembangan regional dan internasional terbaru,” kata kantor berita ISNA.
Namun demikian, belum ada tanggal pertemuan di Baghdad yang diumumkan dan daftar lengkap peserta belum diumumkan.
Irak berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai mediator antara negara-negara Arab dan Iran.
Baghdad telah menengahi pembicaraan antara kelas berat regional Riyadh dan Teheran sejak April untuk memperbaiki hubungan yang terputus pada 2016.
Raisi, yang menjabat pekan lalu, mengatakan dia melihat “tidak ada hambatan” untuk memulihkan hubungan dengan kerajaan Teluk itu, dan telah menjadikan peningkatan hubungan dengan negara-negara kawasan sebagai salah satu prioritas pemerintahannya.
Kelompok bersenjata pro-Iran di Irak sangat menentang kehadiran pasukan Amerika Serikat di sana, dan Washington telah berulang kali menuduh mereka menargetkan personel dan kepentingannya dengan serangan roket dan pesawat tak berawak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto