Jokowi Lihai Lepas dari 'Cengkeraman' Megawati, Bagaimana Nasib Gibran dan Bobby?
Presiden Jokowi kekinian disebut lihai untuk melepaskan diri dari kendali Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Jokowi juga terindikasi ingin merapat ke faksi Golkar hingga mengamankan Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024. Setidaknya kelihaian Jokowi bermanuver politik itu dibaca oleh Rocky Gerung. Kata Rocky, Jokowi memang berkali-kali mencoba manuver untuk lepas dari kendali Megawati dan Puan Maharani.
Terpisah, Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia serta Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin juga memiliki pandangan serupa. Ia menilai kaitan politik 2024 itu pula yang memantik Megawati kerap menyinggung Jokowi dalam setiap sambutan atau pidatonya.
Baca Juga: Rakyat Melawan, Presiden Jokowi Diseret-seret ke Pengadilan, Ternyata Gara-Gara...
Terlepas dari kinerja Jokowi menangani pandemi yang dinilai gagal oleh masyarakat, kritikan Megawati dianggap menyiratkan adanya pergejolakan politik dengan Jokowi. Terlebih, indikasi Jokowi yang memilih mengamankan peluang Ganjar.
"Ada kaitannya, tak ada asap jika tak ada api. Jika PDIP diam saja, bisa karam di 2024. Itu yang tidak disukai oleh Megawati dan PDIP dari Jokowi," kata Ujang dilansir Suara.com, Jumat (13/8/2021).
Ujang mengaku tidak kaget lagi melihat hubungan antara PDIP dalam hal ini Megawati dengan Jokowi. Ia berujar hubungan keduanya memang beberapa kali terlihat tidak mulus kendati Jokowi merupakan presiden yang diusung PDIP.
"Dari dulu hubungan Jokowi dan Megawati tak pernah berjalan mulus. Selalu pasang surut dan naik turun. Lihat saja, ketika pembentukan kabinet jilid pertama tahun 2014. Begitu kabinet baru dilantik, PDIP langsung tancap gas kritik Jokowi. Akhirnya, Jokowi me-reshuffle kabinetnya dan menambah menteri dari PDIP dan sekarang pun sama PDIP sudah mulai mengkritik lagi," ujar Ujang.
Ujang memperkirakan antara Jokowi maupun Megawati nantinya akan berjalan masing-masing, apabila memang hubungan antara keduanya kian tidak mulus. Namun, menurut Ujang persoalan tersebut merupakan hal biasa di dunia politik. "Mereka akan main masing-masing dan dalam politik itu hal biasa," kata Ujang.
Sementara itu, membaca kemungkinan terburuk dampak hubungan Jokowi dan Megawati jika memanas, nasib anak dan menantu Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution tidak bisa dilepaskan begitu saja. Mengingat, posisi keduanya yang kini menjabat sebagai wali kota merupakan kader PDIP.
Ujang mengatakan mengenai posisi Gibran dan Bobby ia memprediksi kedunya punya jalan ceritanya sendiri. Apakah kemungkinan akan pindah partai atau bertahan, Ujang berujar hal itu hanya bisa dijawab oleh waktu.
"Saling jaga kepentingan masing-masing di internal partai. Soal pindah partai kita tidak tahu. Tapi kalau tak nyaman bisa saja itu terjadi," ujar Ujang.
Jokowi Lihai Lepas dari Kendali Megawati
Rocky Gerung sebelumnya memuji Jokowi sebagai politikus yang makin lihai memainkan manuver. Ia berkali-kali mencoba bermanuver melepaskan diri dari kendali Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani. Salah satu indikasinya, terlihat dari gerak-gerik Jokowi yang ingin merapat ke faksi Golkar sekaligus mengamankan peluang Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024.
"Makanya enggak heran, Jokowi tak pernah menegur Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang merupakan menteri Golkar. Airlangga yang menjadi komando lapangan Koordinator PPKM Level 4 Luar Jawa Bali pun masih aman-aman saja," katanya seperti dikutip dari Hops.id---jaringan Suara.com, Jumat (13/8/2021).
Walaupun kata Rocky, Airlangga sama gagalnya dengan Luhut Pandjaitan sebagai Koordinator PPKM Level 4 Jawa Bali, angka kasus Covid-19 dan kemarin akibat Covid-19 yang meningkat.
"Itu artinya Jokowi lagi cari selamat ke Golkar karena lagi dikejar Megawati dan Puan. Jokowi main politis saja, nggak mau tegur Golkar karena Golkar yang paling bertanggung jawab. Sebetulnya, Golkar yang mesti ditagih pertanggungjawaban karena dia kuasai infrastruktur penanganan Covid-19. Jokowi ini betul-betul politikus lihai, tapi dalam memanfaatkan penderitaan rakyat, nggak peduli kesehatan tapi terus genjot ekonomi," jelas Rocky dalam perbincangan di kanal Youtube Rocky Gerung Official, Kamis 12 Agustus 2021.
Rocky menilai selain ingin lepas dari kendali Megawati dan PDIP, dia melihat Jokowi juga ingin mengamankan Ganjar supaya bisa dicalonkan dapam Pilpres mendatang.
"Namun, manuver Jokowi ini sejatinya cuma pindah faksi kekuasaan saja, nggak langsung loncat meraup suara oposisi. Nah dalam skema ini, Jokowi Ganjar tetap mesti butuh upaya ekstra memoles diri supaya pantas untuk mewarisi citra Soekarno atau Bung Karno. Sebab, brand Bung Karno ini selama ini kan identik dengan PDIP dan keturunan Megawati," sambung ia.
Baca Juga: Panas, Haikal Hassan 'Tembak' Politikus PDIP: Pak Jokowi Mulai Dilepeh Nih?
"Jokowi sudah hampir 7 tahun pemerintahan, artinya Jokowi itu sudah jadi pemain politik. Sebagai pemain tentu dia tak ingin lagi dalam tekanan PDIP. Makanya, dia cuma pindah faksi saja sebetulnya. Ganjar bisa deal ke Jokowi, tapi tetap nggak bisa menunjukkan brand Soekarnois. Makanya ada cukong baru yang dukung Ganjar," kata Rocky.
Pengamat politik Salim Said juga pernah membocorkan adanya usaha keras Presiden Jokowi mempertahankan Luhut Binsar Pandjaitan di jajaran kabinetnya selama dua periode.
"Tapi satu hal yang tidak bisa dilakukan dan dipaksakan kepada Jokowi adalah Luhut Pandjaitan," kata Salim Said dalam sebuah diskusi online di saluran Youtube Hersubeno bertajuk "Negara ini Dikuasai Kumpulan Oligarki".
"Megawati tidak suka sama dia (Luhut). Itu sebabnya, Jokowi punya akal, tadinya kan mau dijadikan menteri pada kabinet pertama di masa lalu. Karena tidak disetujui Megawati, dibikin akal lahirlah Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia yang sekarang diduduki oleh Moeldoko," lanjut Salim Said, di menit ke-33 diskusi tersebut.
Menurut Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pertahanan ini, Jokowi sangat lihai memainkan strategi dalam mempertahankan Luhut di kursi kabinetnya.
"Itu taktiknya, makanya saya bilang Jokowi itu lihai juga, perlahan-lahan dia pindahkan Luhut menjadi Menko (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman) kemudian Menko lagi ditambah lagi bebannya dengan investasi ( Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia). Artinya, ini orang penting betul sehingga Jokowi tidak mau melepaskan meskipun Ibu Mega tidak senang dengan Luhut," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum