Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menunggu Suara Bulat Kelompok G7, Bakal Beri Sanksi Atau Akui Taliban?

        Menunggu Suara Bulat Kelompok G7, Bakal Beri Sanksi Atau Akui Taliban? Kredit Foto: Reuters/Stefan Rousseau
        Warta Ekonomi, Washington -

        Negara maju yang tergabung dalam kelompok G-7 diyakini bakal satu suara untuk mengakui atau sebaliknya menjatuhkan sanksi atas Taliban. Para pemimpin G-7 dijadwalkan menggelar pertemuan virtual, Selasa (24/8/2021).

        Para sekutu Amerika Serikat (AS) masih merasa kecewa karena AS tak segera menghubungi mereka setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban pada 15 Agustus lalu. Pertemuan G-7 kali ini akan memusatkan pembahasan pada kerja sama menangani Afghanistan.

        Baca Juga: Beredar Catatan Taliban untuk Mereka yang Bekerja pada Amerika, Pas Dibongkar Isinya Ngeri...

        “Para pemimpin G-7 akan sepakat untuk berkoordinasi jika memang akan mengakui Taliban atau kapan saatnya tiba,” kata seorang sumber diplomat Eropa yang dikutip Reuters, Selasa. “Mereka berkomitmen untuk terus bekerja sama secara erat,” katanya menambahkan.

        Penarikan diri AS dari Afghanistan memang telah dikeluhkan para sekutunya di G-7. Kelompok G-7 terdiri dari AS, Inggris, Prancis, Kanada, Italia, Jerman, dan Jepang. Enam dari tujuh anggota G-7 adalah anggota Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Invasi AS di Afghanistan sejak 2001 didukung oleh NATO.

        Kali ini, para pemimpin G-7 akan menyatukan langkah dalam menentukan sikap. Pilihan mereka adalah mengakui Taliban secara resmi atau memperbarui sanksi untuk mendesak Taliban menghargai hak wanita dan menghormati norma internasional.  

        Selain para pemimpin G-7, pertemuan kali juga akan dihadiri Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Sekjen NATO Jen Stoltenberg.

        “Kami ingin memulai proses membangun rencana yang jelas, sehingga kami semua bisa menghadapi rezim baru Afghanistan secara satu suara dan kompak,” kata Duta Besar Inggris untuk AS, Karen Pierce. “Kami akan menilai rezim baru tersebut dari tindakan, bukan sekadar kata-kata mereka."

        Pengakuan terhadap suatu rezim adalah langkah politis yang diambil negara-negara berdaulat. Namun, ini membawa konsekuensi penting, termasuk mengizinkan Taliban mendapat dana bantuan asing seperti halnya yang diterima pemerintahan Afghanistan sebelumnya.

        Sedangkan kesepakatan 2020 yang diteken presiden AS saat itu, Donald Trump, menyebutkan Taliban “Tidak diakui AS sebagai sebuah negara.”

        G-7 mempertimbangkan perpanjangan tenggat penarikan pasukan asing dari Afghanistan. Perpanjangan waktu ini diperlukan negara Barat untuk mengurus evakuasi dan relokasi warga mereka, warga Afghan yang membantu NATO, warga Afghan yang rentan.

        Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mematok batas akhir penarikan pasukan AS adalah 31 Agustus. Namun, Taliban telah menyatakan tidak akan memberi perpanjangan waktu bagi pasukan asing.

        Jerman diyakini mendesak rekan-rekannya di G-7 untuk mengucurkan tambahan dana kemanusiaan untuk warga Afghanistan.

        “Saya yakin negara G-7 harus memenuhi tanggung jawab mereka dan mencari jalan menangani kesulitan kemanusiaan akut yang memang sudah muncul sejak awal di kawasan dan ini akan meningkat dalam beberapa pekan ke depan,” ujar Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, Senin (23/8). 

        Nasib Tim Sepakbola Putri

        Tim sepak bola putri Afghanistan termasuk dalam 75 orang yang dievakuasi dalam penerbangan dari Kabul, Afghanistan, Selasa (24/8). Serikat pemain sepak bola, FIFPRO, berterima kasih karena evakuasi dilakukan atas bantuan Pemerintah Australia.

        Tim tersebut dibentuk 2007. Saat itu, berolahraga bagi perempuan dinilai sebagai bentuk sikap politis menentang Taliban. Ketika pemerintahan Afghanistan jatuh, para pemain diminta menghapus semua jejak mereka di media sosial.

        “Dalam beberapa hari terakhir sangat menegangkan, namun hari ini (Selasa, Red) kami meraih kemenangan penting,” kata mantan kapten tim, Khalida Popal.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: