Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Awas, Anis Matta Beber 3 Tantangan Besar yang Bakal Dihadapi Taliban

        Awas, Anis Matta Beber 3 Tantangan Besar yang Bakal Dihadapi Taliban Kredit Foto: AP Photo/Rahmat Gul
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia mengatakan pembentukan pemerintah Taliban di Afghanistan akan menghadapi tiga tantangan berat, yakni bentuk pemerintahan efektif, reintegrasi Afghanistan, dan pembangunan ekonomi. Pendapatnya dikemukakan dalam diskusi daring bertema "Tantangan Taliban, Mampukah Membentuk Pemerintahan Efektif?" pada Rabu (1/9/2021).

        Keputusan Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan, kata Anis, pada dasarnya akan menyisakan banyak serpihan, baik di internal Afghanistan, maupun di kawasan Asia Tengah. Itu termasuk hubungan dengan China, India, Pakistan, dan dunia Islam umumnya.

        Baca Juga: Perang Amerika di Taliban Berakhir: Kami Serahkan ke Tangan Taliban

        "Dalam pola berpikir secara linear, setidaknya ada tiga tantangan bagi Taliban (dalam membentuk pemerintahan di Afghanistan)," kata Anis.

        Anis mengatakan, tantangan pertama, akan berhubungan dengan proses pembangunan negara, mulai dari perpolitikan hingga konsolidasi elit pemerintahan. Lalu terkait pergeseran paradigma kesukuan, serta hal-hal terkait penyusunan dasar negara, konstitusi, pembentukan institusi pemerintahan.

        "Tantangan kedua Afghanistan, dalam hal ini di bawah Taliban, tentu saja adalah soal reintegrasi ke sistem internasional. Saya kira ini adalah poin krusial karena akan berhubungan dengan tantangan ketiga, yakni pembangunan ekonomi," tuturnya.

        Taliban menghadapi persoalan ekonomi besar di Afghanistan. Negara konflik ini, kata Anis, mencatat sebanyak 54% warganya diliputi kemiskinan, dan 23% warga menganggur. Produk Domestik Bruto (PDB) Afghanistan juga dikatakannya berada di kisaran 20 miliar dollar AS.

        "Tapi yang paling pokok, paradoks yang akan muncul, karena sumber utama ekonomi Afghanistan adalah pada kekayaan tambangnya, mineralnya, yang diperkirakan punya nilai 1 sampai 3 triliun dollar AS. Tapi, tentu saja, sumber daya adalah sumber masalah," ujarnya.

        Anis menakankan, saat ini Afghanistan membutuhkan investasi dari komunitas internasional. Selain itu, Afghanistan juga membutuhkan transfer teknologi dan sumber daya manusia. Terkait SDM ini, sebagian di antaranya bisa jadi sangat kekurangan.

        Di lain sisi, persoalan integrasi Afghanistan ke sistem internasional juga bisa terhadang oleh kesan dunia internasional ini kepada Taliban. Dunia internasional kerap memandang Taliban sebagai gerakan teroris.

        "Apakah masyarakat internasional dapat menerima Taliban, yang tadi banyak menyebutnya dengan gerakan teroris? Kita akan melihat bagaimana respon masyarakat internasional yang saat ini masih berbeda-beda," tuturnya.

        Ketiga tantangan itu, jelas Ketum Partai Gelora, berada dalam konteks cara berpikir linear. Namun ada faktor-faktor lain yang bisa berpengaruh ke sehingga alur linear itu kemungkinan tak akan terealisasi. Ini misalnya bila melihat negara-negara demokrasi yang gagal di kawasan Timur Tengah, seperti Libanon, Irak, Mesir, Libya hingga Suriah.

        "Dan yang lebih penting, angka kemiskinan di Timur Tengah itu kini di atas 200 juta orang," pungkas Anis.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: