Jenderal Amerika Bicara Kemungkinan Bangkitnya Teroris di Afghanistan
Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Mark Milley mengatakan, perang saudara kemungkinan pecah di Afghanistan, setelah Taliban berkuasa. Jenderal senior tersebut menambahkan, perang saudara di Afghanistan dapat menyebabkan kebangkitan kelompok-kelompok teroris seperti Alqaeda dan ISIS.
"Perkiraan militer saya adalah bahwa kondisi tersebut kemungkinan akan berkembang menjadi perang saudara. Saya tidak tahu apakah Taliban mampu untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan membangun pemerintahan," ujar Milley dalam wawancara dengan Fox News di Ramstein, Jerman, yang ditayangkan pada Sabtu (4/9/2021).
Baca Juga: Jenderal Amerika Mulai Bicara Kemungkinan Perang Saudara Pecah di Afghanistan
Milley mengatakan, perang saudara di Afghanistan akan mengarah pada kebangkitan kelompok teroris seperti Alqaeda, ISIS, dan lainnya. Dia memprediksi, kebangkitan kelompok teroris di Afghanistan akan terjadi antara 12 bulan, 24 bulan, atau 36 bulan ke depan.
"Ada kemungkinan yang lebih luas, dan mengarah pada kemunculan kembali Alqaeda, ISIS atau berbagai kelompok teroris lainnya," kata Milley.
Milley mengatakan, pejabat AS belum mengetahui secara pasti nasib Afghanistan di masa depan. Ketika ditanya apakah kemungkinan pasukan AS dapat dikerahkan kembali ke Afghanistan, Milley mengatakan, hal itu adalah kebijakan yang sangat sulit. Namun Milley akan terus memantau laporan intelijen terkait situasi di Afghanistan.
"Saya tidak akan mengatakan ya atau tidak. Saya pikir terlalu dini untuk mengatakan hal seperti itu pada saat ini," kata Milley.
Pasukan terakhir AS meninggalkan Afghanistan pada 30 Agustus malam, yang menandai berakhirnya invasi selama 20 tahun. Pasukan AS dan NATO menginvasi Afghanistan, setelah serangan teroris pada 11 September di Amerika.
Sembilan belas anggota kelompok teroris Alqeda membajak pesawat yang digunakan dalam serangan di New York City, Pennsylvania dan Pentagon. Sekitar 3.000 orang tewas dalam insiden tersebut.
Para pejabat dan anggota parlemen AS khawatir, Afghanistan dapat menjadi sarang teroris setelah penarikan pasukan AS dan NATO. Sementara, Taliban memastikan bahwa mereka akan membentuk pemerintahan yang inklusif. Taliban berkomitmen akan menghormati hak-hak perempuan dan bertindak lebih moderat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto