Direktur Jaringan Moderat Indonesia (JIM), Islah Bahrawi menyebut penangkapan Abu Rusydan oleh Densus 88 Mabes Polri merupakan langkah maju. Hal ini penting untuk menyasar jajaran top elit Jamaah Islamiyah.
Diketahui beberapa minggu lalu Densus 88 berhasil mengurai dan melakukan penangkapan terhadap tokoh yang mendanai JI. Kali ini Densus 88 berhasil melakukan penangkapan terhadap empat anggota Dewan Syuro JI, salah satunya adalah tokoh lama Abu Rusydan.
Menurut Islah, peran Abu Rusydan sendiri sangat penting dalam tubuh Jamaah Islamiyah, dia merupakan orang yang paling berpengaruh dalam proses metamorfosis JI dari era Para Wijayanto hingga saat ini.
Abu Rusydan, lanjut Islah, juga tercatat banyak menyalurkan pemikirannya bagi JI, terutama analisisnya tentang dinamika sosial dan politik di Indonesia.
Dalam pandangan Islah, Jamaah Islamiyah adalah salah satu organisasi teror terlarang yang hingga saat ini bergerak rapi dalam pola pendanaan, rekruitmen dan program kerja yang sistematis.
"Sayangnya, beberapa orang yang mengaku pengamat terorisme masih saja mengeluarkan asumsi-asumsi yang tidak konstruktif”, kata Islah Bahrawi di Jakarta, Senin (13/9/21).
Islah menambahkan Densus 88 sudah sejak lama mencium eksistensi gerakan Jamaah Islamiyah, tentu yang paling disorot adalah masalah pendanaan dan regenerasi.
Pernyataan Islah ini menyikapi apa yang dikatakan oleh Ridlwan Habib, pengamat terorisme Universitas Indonesia yang menganggap penangkapan Abu Rusydan bisa memicu aksi balasan dari Jamaah Islamiyah.
Menurut Ridlwan, Abu Rusydan adalah figur yang sangat terkenal di kelompoknya dan banyak memiliki pengikut secara online, yang selama ini bisa memicu aksi bunuh diri tunggal atau lone wolf.
"Pernyataan seperti ini bisa mengganggu produktivitas dan efektivitas kerja Densus 88, selain juga bisa menimbulkan efek ketakutan di tengah masyarakat”, pungkas Islah.
Statement Ridlwan dinilai justru bisa menghadirkan ketakutan dan kepanikan di masyarakat. Secara psikologis sosial, terkadang aksi teror seringkali dipicu oleh momentum yang diinisiasi oleh seruan maupun pernyataan orang lain.
Pernyataan pengamat yang menimbulkan rasa takut seperti ini, terbukti direspon oleh Menteri Luar Negeri Jepang dengan seruan agar warga Jepang menjauh dari tempat ibadah dan fasilitas gedung yang identik dengan Barat karena adanya ancaman bom bunuh diri.
"Jika tidak memiliki fakta eskalasi ancaman teror yang potensial, lebih baik tidak mengeluarkan pernyataan dan asumsi sembarangan, karena dampak buruknya bagi masyarakat akan sangat terasa, terlebih pada saat pandemi seperti sekarang," terangnya.
Dalam pernyataan terpisah, Kabag Ban Operasi Densus 88, Kombes Aswin Siregar mengatakan bahwa semua tindakan Densus 88 selalu menempatkan keamanan publik sebagai prioritas utama. Bekerjasama dengan semua komunitas masyarakat, Densus 88 secara terus menerus melakukan peninjauan operasi dan perencanaan kontijensinya.
Densus 88 juga senantiasa bekerjasama dengan lembaga pusat dan daerah, layanan darurat dan lembaga terkait lainnya.
"Densus 88 tidak pernah berhenti bergerak, baik dalam pencegahan maupun penindakan”, kata Aswin menutup pernyataannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: