Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi terus membuktikan bahwa dirinya menaruh perhatian lebih ke pedagang pasar rakyat. Salah satunya dengan terus berupaya memasukkan mereka ke platform digital.
Selain untuk memperluas pangsa pasar, penjualan secara online juga terbukti bikin laris dagangan. Lutfi tak bosan mengingatkan agar seluruh pedagang yang berada di pasar rakyat segera memanfaatkan platform digital.
"Jadi pedagang yang ketika Covid-19 (sudah) on boarding digitalisasi, mereka malah naik omzetnya 40%. Bukan seperti pedagang lainnya, yang rata-rata hilang omzet," ujarnya, dalam konferensi pers Kinerja Perdagangan Agustus 2021 secara virtual, Jumat (17/9).
Dengan hasil ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan lebih gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pedagang pasar untuk memaksimalkan kecanggihan teknologi. Karena dengan hadir di marketplace, pedagang memiliki opsi yang lebih beragam untuk memasarkan barang dagangannya.
Lutfi sangat yakin, jika pasarnya lebih luas, dan omzetnya terus naik, bukan tidak mungkin pedagang pasar lebih sejahtera."Saya ingin menaikkan standarnya. Karena untuk keuntungan dan keberpihakan kita kepada pedagang pasar rakyat," akunya.
Selain itu, perkembangan ekonomi digital terbukti memangkas jarak antara si kaya dan si miskin. Target setinggi langit pun diusung mantan dubes RI untuk Amerika Serikat ini. Mendag menyakini, perkembangan ekonomi digital akan mengikis jarak antara orang kaya dan miskin.
Oleh karena itu, Mendag mematok target pedagang untuk masuk ke ekosistem digital. "Saya percaya itu. Insyaallah, tahun depan saya ingin setidaknya setiap tahun, ada 1 juta pedagang on boarding untuk digitalisasi," harapnya.
Sebelumnya, Lutfi mengatakan, perkembangan ekonomi digital juga sudah menjadi perhatian global. Bahkan, salah satu topik yang dibahas di sidang ASEAN, yakni tentang ekonomi digital. Data yang ia punya, saat ini terdapat 16 ribu eksportir, dan 85 persennya merupakan UMKM.
Hanya saja, dari jumlah sebanyak ini kinerja ekspornya masih lesu. Yakni hanya 5 persen. Kegiatan ekspor barang masih didominasi pelaku usaha besar yang nilainya mencapai 95 persen.
"Kalau kita lihat jumlahnya dari 16 ribu eksportir itu 85 persen adalah UMKM. Tetapi permasalahannya hanya 5 persen daripada nilai ekspornya itu adalah ekspor UMKM. Sedangkan 95 persen itu dari pengusaha-pengusaha besar," terangnya.
Berdasarkan studi Asian Development Bank (ADB). Ketika terjadi pandemi, pelaku UMKM yang melakukan ekspor dan berpindah usahanya melalui platform digital memiliki nilai tambah 36 persen. Berbeda dengan pelaku UMKM yang masih nyaman dengan pasar konvensional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: