Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Era Transisi Energi, Konsumsi Bahan Bakar Fosil Batu Bara secara Global Turun 70 Persen

        Era Transisi Energi, Konsumsi Bahan Bakar Fosil Batu Bara secara Global Turun 70 Persen Kredit Foto: Rawpixel/Carol M Highsmith
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Emeritus Profesor Universitas Stanford, Amory Lovins, mengungkapkan bahwa penggunaan energi secara global, khususnya pada 2019, mengalami stagnasi. Meski pada tahun tersebut terjadi kenaikan penggunaan energi sebesar 0,7 persen, sebanyak 48 persen penggunaan bahan bakar fosil di dunia terus mengalami penyusutan di tengah meningkatnya penggunaan energi surya dan energi angin.

        "Berita ini menghancurkan nilai dan memberikan dampak bagi industri batu bara yang kehilangan 70 persen dari pasar global. Termasuk kehilangan pasar sebesar 90 persen dari pasar Amerika Serikat," katanya dalam Sesi Pertama Indonesia Energy Transition Dialogue dengan tema "Kenapa Indonesia Perlu Mencapai Target Dekarbonisasi pada 2050", Senin (20/9/2021).

        Baca Juga: Belajar dari Jerman, Transisi Energi Terjadi Berkat Desakan Rakyat

        Hal tersebut sejalan dengan makin masifnya peralihan investasi energi baru terbarukan (EBT) sebesar 90 persen dari penambahan kapasitas pembangkit listrik EBT sehingga dalam tren tersebut mengalami peningkatan sebesar 29 persen penghasilan dari energi global melalui EBT.

        Penggunaan EBT juga menunjukkan tengah terjadinya pergeseran hingga revolusi energi yang sebelumnya dari molekul menjadi atom, dari perangkat keras menjadi perangkat lunak, dan dari hierarki menjadi jaringan.

        "Sehingga sistem kelistrikan menjadi terdekarbonisasi, terdesentralisasi, terdigitalisasi, terdemokratisasi, berubah lebih terpusat dan terfokus bahan bakar fosil dan uranium dan rapuh terdistribusi karena terfokus pada pelanggan," katanya.

        Di Amerika Serikat, kata Amory, dalam 45 tahun terakhir penghematan energi terjadi sebanyak 2/3 yang disebabkan oleh kecanggihan teknologi yang berkontribusi menurunkan penggunaan energi hiingga sebesar 60 persen. Sementara itu, penggunaan EBT secara komulatif diprediksi akan terjadi penghematan sebanyak 27 kali.

        Dengan peluang tersebut, ia menyarakan agar Indonesia dapat segera menyediakan infrastruktur EBT agar lebih efisien. Di sisi lain, terjadinya penghematan energi juga dapat menghemat pengeluaran keuangan yang lebih luas.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: