Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Produk Domestik Bruto?

        Apa Itu Produk Domestik Bruto? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Produk domestik bruto (PDB) adalah total nilai moneter atau pasar dari semua barang jadi dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam periode waktu tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.

        Namun, PDB yang tinggi belum tentu seluruh penduduk negara tersebut memiliki tingkat ekonomi yang tinggi. PDB adalah dasar dari perhitungan pertumbuhan ekonomi. Saat PDB mengalami kenaikan, maka artinya negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Begitu pula sebaliknya.

        Kumpulan data individual yang disertakan dalam laporan PDB biasanya diberikan secara riil, sehingga data tersebut disesuaikan dengan perubahan harga setelah dikurangi inflasi.

        Baca Juga: Apa Itu Propaganda Politik?

        Perhitungan PDB suatu negara mencakup semua konsumsi swasta dan publik, pengeluaran pemerintah, investasi, penambahan persediaan swasta, biaya konstruksi yang dibayarkan, dan neraca perdagangan luar negeri.

        Dari semua komponen yang membentuk PDB suatu negara, neraca perdagangan luar negeri sangat penting. PDB suatu negara cenderung meningkat ketika nilai total barang dan jasa yang dijual produsen domestik ke luar negeri melebihi nilai total barang dan jasa asing yang dibeli konsumen domestik. Ketika situasi ini terjadi, suatu negara dikatakan mengalami surplus perdagangan.

        Namun, jika jumlah yang dibelanjakan konsumen domestik untuk produk luar negeri lebih besar dari jumlah total yang dapat dijual oleh produsen dalam negeri kepada konsumen asing, ini disebut defisit perdagangan. Maka, PDB suatu negara cenderung menurun.

        Di Indonesia, BPS membagi tiga bentuk PDB, yakni PDB atas harga dasar, PDB atas harga konstan, dan PDB atas harga berlaku. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun.

        Sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

        PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

        Awalnya, PDB dibuat sebagai respon atas adanya depresi besar yang menghantam perekonomian Amerika Serikat kala itu. Setelah dilakukan berbagai penelitian oleh ahli ekonomi, akhirnya lembaga riset ekonomi Amerika Serikat menciptakan cara baru untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara.

        PDB dapat dihitung berdasarkan nominal atau basis riil, yang terakhir memperhitungkan inflasi. Secara keseluruhan, PDB riil adalah metode yang lebih baik untuk mengekspresikan kinerja ekonomi nasional jangka panjang karena menggunakan dolar konstan.

        PDB Nominal adalah penilaian produksi ekonomi dalam suatu perekonomian yang memasukkan harga berlaku dalam perhitungannya. PDB nominal dievaluasi dalam mata uang lokal atau dolar AS dengan nilai tukar pasar mata uang untuk membandingkan PDB negara dalam istilah keuangan murni.

        PDB Nominal digunakan ketika membandingkan kuartal yang berbeda dari output dalam tahun yang sama. Saat membandingkan PDB dua tahun atau lebih, yang digunakan adalah PDB riil.

        PDB riil adalah ukuran yang disesuaikan dengan inflasi yang mencerminkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian pada tahun tertentu, dengan harga tetap konstan dari tahun ke tahun untuk memisahkan dampak inflasi atau deflasi dari tren output dari waktu ke waktu. Karena PDB didasarkan pada nilai moneter barang dan jasa, ia tunduk pada inflasi.

        Kenaikan harga akan cenderung meningkatkan PDB suatu negara, tetapi hal ini tidak serta merta mencerminkan perubahan kuantitas atau kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Jadi, dengan hanya melihat PDB nominal suatu perekonomian, akan sulit untuk mengatakan apakah angka tersebut meningkat karena ekspansi produksi yang nyata atau hanya karena harga naik.

        PDB riil dihitung menggunakan deflator harga PDB, yaitu selisih harga antara tahun berjalan dan tahun dasar. Misalnya, jika harga naik 5% sejak tahun dasar, maka deflator akan menjadi 1,05. PDB nominal dibagi dengan deflator ini, menghasilkan PDB riil. PDB nominal biasanya lebih tinggi dari PDB riil karena inflasi biasanya merupakan angka positif.

        PDB riil menyumbang perubahan nilai pasar sehingga mempersempit perbedaan antara angka output dari tahun ke tahun. Jika ada perbedaan besar antara PDB riil suatu negara dan PDB nominal, maka kemungkinan merupakan indikator inflasi atau deflasi yang signifikan dalam perekonomiannya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: