Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Guru Besar IPB: Sawit Komoditas yang Bermanfaat Besar, Tapi Kenapa Dicaci Maki

        Guru Besar IPB: Sawit Komoditas yang Bermanfaat Besar, Tapi Kenapa Dicaci Maki Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peran kelapa sawit sebagai komoditas strategis dapat dilihat dari level nasional atau internasional. Hal ini terbukti dari kemampuan produktivitasnya, yang mana satu hektare kelapa sawit mampu menghasilkan enam kali lipat lebih banyak minyak dibandingkan komoditas minyak nabati lainnya. 

        Hal ini disampaikan oleh Guru Besar IPB University, Prof. Sudarsono Soedomo saat berbicara dalam Debat Terbuka “Peran Kelapa Sawit Dalam Perubahan Iklim Dunia” yang diselenggarakan Yayasan Pusaka Kalam dan Relawan Jaringan Rimbawan (RJR) Senin (4 Oktober 2021).

        Baca Juga: Dari Pabrik Biodiesel hingga Kelapa Sawit, Perusahaan Ini Kantongi Proyek Baru Rp350 Miliar!

        “Ini artinya, kelapa sawit pendorong reforestasi. Bukan deforestasi,” tegas Sudarsono. 

        Lebih lanjut dikatakan Sudarsono, problem yang ada saat ini yakni ketika lahan masih berbentuk alang-alang, tidak banyak orang yang meributkannya. Namun, ketika lahan tersebut berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit, kondisi inilah yang akhirnya banyak diributkan. 

        “Sawit yang paling produktif dan bermanfaat besar ini. Malahan komoditas ini dicaci maki dan disalahkan,” ujarnya.

        Selain itu, adanya usulan tanaman kelapa sawit menjadi bagian dari tanaman kehutanan, dikatakan Prof. Sudarsono harus dikaji mendalam. Perlu ada kejelasan otoritas yang berwenang mengatur kelapa sawit jika usulan ini disetujui.

        ”Kita perlu berhati-hati disini. Apa maksud tanaman hutan disini. Lebih penting konsekuensinya, dalam konteks fungsi penyerapan karbon masih dapat diterima,” kata Sudarsono.

        Di sisi lain, apabila melalui usulan tersebut, sektor kehutanan yang berwenang untuk mengatur sawit, Sudarsono menolaknya. ”Saya jelas menolak ini. Karena ini pasti akan membunuh sawit. Apalagi sawit ini telah berperan besar bagi ekonomi negara,” ujar Sudarsono.

        Menurutnya, sektor kehutanan yang terlalu over regulated akan mempersulit pengembangan sawit. Contoh, pengembangan kayu cendana yang kini anjlok produksinya. Oleh karena itu, tugas sektor kehutanan mengurus hutan saja dan menemukan jenis pohon baru untuk dikembangkan kementerian lain.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: