Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan ICAEW: Asia Tenggara Memiliki Imunitas Covid 19 yang Rendah

        Laporan ICAEW: Asia Tenggara Memiliki Imunitas Covid 19 yang Rendah Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        The Global Economic Forecast Report dari ICAEW dan Oxford Economics memperkirakan bahwa negara yang memiliki tingkat imunitas yang rendah terhadap COVID-19 akan menghadapi risiko yang lebih besar kedepannya.

        Hal ini dikarenakan munculnya varian Delta yang memicu lonjakan baru dalam kasus Covid-19, sehingga negara-negara dengan peluncuran vaksinasi yang lebih lambat dan terkena gangguan rantai pasok global menjadi lebih rentan terhadap dampaknya.

        Baca Juga: Bukan Nakut-nakutin, Ramalan Denny Darko Bilang Gelombang Ketiga Covid-19 Pasti Terjadi, Waktunya...

        Dipaparkan juga negara-negara Asia Tenggara mengalami tingkat keberhasilan yang berbeda dalam menahan varian Delta, karena tingkat vaksinasi dan pembatasan jarak sosial yang berbeda-beda.

        Di satu sisi, gelombang infeksi yang signifikan di Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand pada kuartal kedua membuat negara-negara tersebut menghadapi perlambatan pemulihan di tahun 2021, menurut laporan tersebut. Tetapi, mereka akan melihat peningkatan yang signifikan pada tahun 2022, setelah tingkat vaksinasi lebih tinggi dan lockdown dicabut.

        Chief Economist and Managing Director at Oxford Economics Middle East, Scott Livermore mengatakan ekonomi yang sangat berorientasi pada ekspor seperti Vietnam akan tetap bergantung pada pemulihan sektor manufaktur.

        “Meskipun demikian, PDB Vietnam diproyeksikan tumbuh sebesar 5,4% (direvisi turun dari 7,6% dalam laporan terakhir ICAEW pada tahun 2021, sebelum meningkat menjadi 7,5% pada tahun 2022,” kata Scott melalui siaran pers, Rabu (06/10).

        Ia menjelaskan peningkatan pertumbuhan akan didorong oleh pelonggaran pembatasan dan pemulihan industri yang diprediksi akan menguat sekitar pertengahan 2022. Sementara itu, Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok juga mencatat kasus yang jauh lebih rendah. Meskipun demikian, ada beberapa dampak yang terasa dari varian Delta yang mengakibatkan diberlakukannya pembatasan yang lebih ketat pada kuartal ketiga tahun ini (Q3).

        “Prospek untuk tahun 2022 di ekonomi negara-negara ini tergolong kuat, karena tingkat vaksinasi yang tinggi dan keberhasilan kebijakan pembatasan wilayah yang telah ditargetkan,” tambahnya.

        Dalam paparannya, Scott Livermore, juga mengatakan, ekonomi di Asia Tenggara memiliki imunitas terhadap covid yang rendah. Hal ini membuat mereka rentan dengan varian delta yang akan membuat beberapa negara menerapkan pembatasan yang lebih ketat untuk mencegahnya menyebar lebih jauh.

        “Perkembangan baru pada negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam kemungkinan akan membebani aktivitas perekonomian mereka di Q4 sampai COVID-19 dapat lebih terkendali di negara masing-masing,” imbuhnya.

        Managing Director International ICAEW, Mark Billington juga menjelaskan Varian Delta Covid-19 telah menunda proses pemulihan bagi sebagian besar ekonomi Asia Tenggara dan kenyataan hidup dengan Covid-19 sebagai endemik terbukti lebih rumit dari yang dibayangkan.

        “Pemerintah tidak hanya harus menerapkan pembatasan dan tindakan yang tepat untuk menahan laju penyebaran varian baru, tetapi mereka juga perlu mempercepat peluncuran vaksinasi mereka untuk mencapai imunitas terhadap virus, untuk meningkatkan prospek pertumbuhan mereka,” kata Mark.

        PDB global mencatat tumbuh sebesar 1,4% pada kuartal ke-2 tahun 2021, melebihi tingkat pertumbuhan yang terlihat dalam 15 tahun sebelum pandemi Covid-19, termasuk laju pemulihan yang terlihat setelah Krisis Keuangan Global tahun 2008.

        Namun, ada tanda-tanda bahwa momentum ini dapat goyah, didorong oleh pembatasan yang lebih ketat dan kekhawatiran tentang varian Delta, serta gangguan rantai pasokan yang memengaruhi sektor-sektor utama seperti manufaktur. Secara keseluruhan, Laporan ICAEW Global Economic Forecast Report memperkirakan ekonomi global akan tumbuh sekitar 5,8% pada tahun 2021 dan 4,7% pada tahun 2022.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: