Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gegara Varian Delta, Ekonomi Global Diprediksi Tumbuh 5,8% Tahun ini

        Gegara Varian Delta, Ekonomi Global Diprediksi Tumbuh 5,8% Tahun ini Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Laporan ICAEW Global Economic Forecast Reportmemperkirakan ekonomi global akan tumbuh sekitar 5,8% pada tahun 2021 dan 4,7% pada tahun 2022.

        Di seluruh dunia, banyak negara mengalami awal yang lemah untuk tahun ini, dengan meningkatnya infeksi dan pembatasan yang lebih ketat menghambat kegiatan di kuartal ke-1 sebelum meningkat di kuartal ke-2, seiring dengan berjalannya program vaksinasi.

        PDB global tercatat tumbuh sebesar 1,4% pada kuartal ke-2 tahun 2021, melebihi tingkat pertumbuhan yang terlihat dalam 15 tahun sebelum pandemi Covid-19, termasuk laju pemulihan yang terlihat setelah Krisis Keuangan Global tahun 2008. Baca Juga: Duh! Imunitas Rendah, Ekonomi Asia Tenggara Rentan Terdampak Varian Delta

        "Namun, ada tanda-tanda bahwa momentum ini dapat goyah, didorong oleh pembatasan yang lebih ketat dan kekhawatiran tentang varian Delta, serta gangguan rantai pasokan yang memengaruhi sektor-sektor utama seperti manufaktur," tulis laporan tersebut yang diterima di Jakarta, Rabu (6/10/2021).

        Pada Forum Ekonomi Internasional yang diselenggarakan oleh ICAEW pada 14 September 2021, para pemimpin dan pakar industri membahas prospek ekonomi Tiongkok, Asia Tenggara, dan Timur Tengah, dengan fokus pada dampak varian Delta dan bagaimana negara dapat menciptakan pertumbuhan melalui ekonomi yang lebih hijau.

        Era pasca Covid-19 akan didominasi oleh perubahan iklim dan pemulihan dari pandemi memberikan peluang bagi pebisnis untuk membangun kembali bisnis mereka dengan cara yang lebih kuat dan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.

        Adapun beberapa temuan lain dalam laporan Global Economic Forecast Report meliputi:

        1. Perpindahan dalam pasokan global akan mengganggu sektor manufaktur di tangkat regional

        Di tingkat global, berbagai tingkat pembatasan mobilitas dan keberhasilan pelonggaran pembatasan di berbagai negara telah berkontribusi pada pola return-to-work yang tidak merata dan berdampak negatif pada rantai pasokan global. Perusahaan di seluruh dunia telah melaporkan bahwa mereka memiliki jumlah unit persediaan produk yang jauh lebih sedikit daripada yang biasanya mereka harapkan. Kendala pasokan ini akan tetap menjadi masalah dalam jangka pendek, dan produksi yang lambat akan menyebabkan peningkatan biaya dan tekanan inflasi yang akan memiliki ripple-effect pada pemulihan ekonomi di Asia Tenggara.

        2. Inovasi teknologi dan investasi publik sangat penting bagi ekonomi hijau

        Biaya ekonomi dari lambatnya tindakan yang dilakukan terkait perubahan iklim sangatlah signifikan. Untuk ekonomi Asia Tenggara yang lebih bergantung pada industri pertanian dan peternakan, kemajuan yang lebih lambat dalam memperkenalkan dan adopsi energi terbarukan dapat menjadi tantangan nyata bagi pertumbuhan PDB mereka dalam jangka panjang. Baca Juga: Booster Vaksin Diyakini Mampu Melawan Varian Delta

        Di sisi lain, ada banyak peluang untuk menjadi penggerak awal teknologi hijau. Tiongkok dan kawasan Asia Tenggara dapat menjadi penggerak utama untuk mulai memetakan pemulihan ekonomi hijau dan sebagai pemimpin dalam Penelitian dan Pengembangan dan inovasi teknologi.

        Ditambah dengan tingkat utang yang rendah, hal ini dapat memberikan peluang untuk membangun kembali industri dan bisnis yang lebih hijau jika negara-negara mau berinvestasi dalam transisi energi bersih dan memanfaatkan kemitraan publik dan swasta untuk menciptakan perubahan.

        Mereka dapat melakukan ini dengan menetapkan tujuan kebijakan yang jelas dan memberikan panduan kepada bisnis untuk mengintegrasikan strategi berkelanjutan dalam organisasi mereka dan membandingkan kemajuan mereka dengan sistem pelaporan yang sama.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: