Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh! Imunitas Rendah, Ekonomi Asia Tenggara Rentan Terdampak Varian Delta

Duh! Imunitas Rendah, Ekonomi Asia Tenggara Rentan Terdampak Varian Delta Kredit Foto: AP Photo/Aijaz Rahi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penyebaran varian Delta COVID-19 yang sangat menular telah membayangi dan memperlambat pemulihan ekonomi kawasan Asia Tenggara (SEA) tahun ini, terutama untuk negara-negara dengan tingkat imunitas terhadap Covid-19 yang rendah.

Ekonomi beberapa negara, termasuk Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi pada kuartal ketiga tahun ini. Namun demikian, prospek Kawasan Asia Tenggara pada tahun 2022 lebih positif. Demikian laporan Global Economic Forecast Report dari ICAEW dan Oxford Economics yang dipublikasikan dan diterima Warta Ekonomi di Jakarta, Rabu (6/10/2021).

The Global Economic Forecast Report memperkirakan bahwa negara yang memiliki tingkat imunitas yang rendah terhadap COVID-19 akan menghadapi risiko yang lebih besar ke depannya.

Hal ini dikarenakan munculnya varian Delta yang memicu lonjakan baru dalam kasus Covid-19, sehingga negara-negara dengan peluncuran vaksinasi yang lebih lambat dan terkena gangguan rantai pasok global menjadi lebih rentan terhadap dampaknya. Baca Juga: Mengukur Dampak Ekonomi dari PON Papua

"Negara-negara Asia Tenggara mengalami tingkat keberhasilan yang berbeda dalam menahan varian Delta, karena tingkat vaksinasi dan pembatasan jarak sosial yang berbeda-beda. Di satu sisi, gelombang infeksi yang signifikan di Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand pada kuartal kedua membuat negara-negara tersebut menghadapi perlambatan pemulihan di tahun 2021. Tetapi, mereka akan melihat peningkatan yang signifikan pada tahun 2022, setelah tingkat vaksinasi lebih tinggi dan penguncian dicabut," menurut laporan tersebut.

Dalam paparannya, Scott Livermore, Chief Economist and Managing Director at Oxford Economics Middle East mengatakan, ekonomi di Asia Tenggara memiliki imunitas terhadap covid yang rendah. Hal ini membuat mereka rentan dengan varian delta yang akan membuat beberapa negara menerapkan pembatasan yang lebih ketat untuk mencegahnya menyebar lebih jauh.

"Perkembangan baru pada negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam kemungkinan akan membebani aktivitas perekonomian mereka di Q4 sampai COVID-19 dapat lebih terkendali di negara masing-masing," ungkap Scott. Baca Juga: Punya Peluang Perekonomian Positif di 2022, Asia Tenggara Harus Fokus Pada Varian Delta

Lebih lanjut, ekonomi yang sangat berorientasi pada ekspor seperti Vietnam akan tetap bergantung pada pemulihan sektor manufaktur. Meskipun demikian, PDB Vietnam diproyeksikan tumbuh sebesar 5,4% (direvisi turun dari 7,6% dalam laporan terakhir ICAEW) pada tahun 2021, sebelum meningkat menjadi 7,5% pada tahun 2022.

Peningkatan pertumbuhan akan didorong oleh pelonggaran pembatasan dan pemulihan industri yang diprediksi akan menguat sekitar pertengahan 2022. 

Sementara itu, Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok juga mencatat kasus yang jauh lebih rendah. Meskipun demikian, ada beberapa dampak yang terasa dari varian Delta yang mengakibatkan diberlakukannya pembatasan yang lebih ketat pada kuartal ketiga tahun ini (Q3).

"Prospek untuk tahun 2022 di ekonomi negara-negara ini tergolong kuat, karena tingkat vaksinasi yang tinggi dan keberhasilan kebijakan pembatasan wilayah yang telah ditargetkan," sebutnya.

Mark Billington, Managing Director International ICAEW, mengatakan, varian Delta Covid-19 telah menunda proses pemulihan bagi sebagian besar ekonomi Asia Tenggara dan kenyataan hidup dengan Covid-19 sebagai endemik terbukti lebih rumit dari yang dibayangkan.

"Pemerintah tidak hanya harus menerapkan pembatasan dan tindakan yang tepat untuk menahan laju penyebaran varian baru, tetapi mereka juga perlu mempercepat peluncuran vaksinasi mereka untuk mencapai imunitas terhadap virus, untuk meningkatkan prospek pertumbuhan mereka," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: