Alfatih Timur Tak Pernah Menyangka Jadi CEO Kitabisa: Allah Membuka Pintu-Pintu Tak Terduga
Pendiri Kitabisa, Alfatih Timur mengaku pernah beberapa kali mengalami penolakan dari partner dan juga pengguna. Alfatih mengaku tak mudah membangun kepercayaan hingga Kitabisa mencapai pada titik ini.
Namun, Alfatih akhirnya kembali bangkit dan semangat tatkala manfaat yang dirasakan dari platformnya dapat diterima oleh banyak orang. Alfatih pun menyemangati diri bahwa ia melakukan ini bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain, untuk masyarakat, dan untuk timnya juga.
Dalam kanal YouTube Ali Zaenal Abidin di video bertajuk "M. ALFATIH TIMUR | DARI BELUM BISA SAMPAI KITABISA | PART 3", Alfatih justru semakin semangat ketika banyak yang menaruh harapan padanya.
Baca Juga: Murni untuk Sedekah, Alfatih Timur Beberkan Layanan Baru Kitabisa: Tak Harus Tunggu Kena Musibah
Sebelum Covid-19 merebak, Alfatih berujar sering ke rumah sakit untuk bertemu pengguna. Ia mengaku banyak belajar dari mereka tentang nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai perjuangan.
Alfatih mengaku saat baru lulus kuliah, ia tak pernah terpikirkan untuk membuat perusahaan. Ia justru hendak melanjutkan studi S2. Namun, saat meminta surat rekomendasi ke dosennya, Profesor Rhenald, beliau meminta Alfatih untuk ikut ke dalam berbagai risetnya.
Saat pertama kali bergabung, Alfatih langsung diarahkan riset di Pulau Buru untuk mengerjakan pemberdayaan masyarakat adat yang membuat minyak kayu putih dan peternakan sapi. Saat itu, Alfatih tidak mengetahui apapun, ia bahkan diminta menginap selama dua minggu.
Dari sinilah Alfatih menyimpulkan bahwa perjalanan hidupnya tak akan bisa ditebak oleh siapapun, termasuk dirinya. Banyak pelajaran menarik yang akhirnya bisa ia pelajari dari berbagai pengalaman itu.
"Ya lo enggak pernah tau-lah Allah membuka pintu-pintu tak terduga," ujar Alfatih.
Karena itu, Alfatih menyarankan kepada anak-anak muda untuk mengambil setiap tantangan di depan mata.
"Jangan malah takut atau minder, ketemu orang yang lebih pintar jangan dijauhi, justru dekati untuk belajar," tandas Alfatih. "Penting untuk mencari mentor," tambahnya lagi.
Prinsip-prinsip itulah yang dipegang teguh oleh Alfatih. Bahkan, dahulu Alfatih pernah berbisnis percetakan di Margonda, Depok, namun gagal dan bangkrut. Dana membangun bisnis itu didapati dari ayah Alfatih. Ketika gagal, ayahnya tidak marah dan hanya berkata, "Ya sudah ini uang sekolah, pelajaran."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: