Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pangeran SBY Nasihati Presiden Jokowi, Eh Netizen Ngegas-Ngegas: Ada yang Mangkrak Apa Gak?

        Pangeran SBY Nasihati Presiden Jokowi, Eh Netizen Ngegas-Ngegas: Ada yang Mangkrak Apa Gak? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, ikut menyoroti keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pembiayaan kereta cepat Jakarta-Bandung menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

        Karena itu, putra bungsu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mempertanyakan keputusan tersebut. Baca Juga: Peluang Nyapres Anak SBY Terbuka, Kerja Politik AHY Memang Top, Patut Diacungi Jempol

        Ia pun menyarankan agar pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebaiknya dilakukan audit terlebih dahulu.

        "Fiskal negara tidak bisa terus menerus terlalu banyak hanya untuk PMN. Harus juga dihitung cost dan benefit-nya bagi BUMN. Semoga tidak semakin dalam. Jangan sampai besar pasak daripada tiang agar dapat dicapai keimbangan fiskal antar generasi," kata Ibas dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/10/2021) kemarin. Baca Juga: Suara Tegas Amien Rais Beberkan Beda Pak SBY dan Pak Jokowi, Isinya Wow!

        Lebih lanjut, ia juga mempertanyakan perencanaan jangka panjang pemerintah dalam pembangunan infrastruktur.

        "Saya ingin bertanya apakah pemerintah tidak punya perencanaan jangka panjang seperti Masterplan Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi atau MP3EI? Memang berganti nama tapi hingga saat ini masih dipakai. Lalu apakah pemerintah punya fiskal dengan kemampuan besar? Kita tidak hanya butuh roadmap, tapi kita butuh roadmap yang berkelanjutan agar semua program terlaksana," ujarnya.

        Selain itu, Ibas pun berharap Presiden Jokowi bisa meresmikan program prioritas pemerintah. Namun, impian Indonesia menjadi negara maju, katanya, juga harus tetap disertai sikap mawas diri dan penuh perhitungan.

        "Kita juga ingin presiden banyak gunting pita untuk meresmikan program, khususnya program-program prioritas. Untuk kereta cepat, juga harapannya akan cepat selesai. Walau terdapat banyak pro-kontra terkait proyek ini, namun jika bisa cepat selesai, saya yakin masyarakat akan senang. Hanya saja, dalam pelaksanaannya tetap perhatikan rencana jangka panjang, dan jangan sampai muncul preseden-preseden 'pokoknya harus jadi'. Pikirkan agar tidak ada yang dilanggar hanya karena kurang perhitungan," imbuhnya.

        Kontan saja, netizen pun langsung beraksi atas aksi Ibas tersebut. Seperti dilansir, NNC, netizen dengan akun Facebook Mak Lambe Turah, Selasa (12/10).

        "Bertanya2 itu hak setiap orang kepada negara apalagi menjadi wakil rakyat punya hak bertanya ttg kebijakan pemerintah.

        Hanya saja kalo soal impian menjadi negara maju, Mak rasa "negara maju' itu hanya slogan untuk kita berpacu setiap saat dan bekerja lebih keras lagi berdasar dari roadmap yang sudah ada.Program A sampai Z yang sudah dirancang bisa terealisasi minimal lebih dari 50%.Itu dulu.

        Soal penilaian negara ini maju ato gak? Biasanya ada badan dunia atau organisasi2 terpercaya dunia yang berhitung soal ekonomi indonesia, dll. Hanya saja biasanya hitungan2 dari organisasi2 dunia tersebut misalkan bagus, tidak dipercaya oleh kelompok anti pemerintah. Sebaliknya jika hitungannya jelek, percaya.

        Jadi soal negara maju ato gak, makmur ato gak, posisi utang aman ato gak, dll  susah untuk dinilai karena warga 62 ini punya penilainnya sendiri dan biasanya sok lebih pintar dari penilaiaian badan/organisasi dunia. jadi fokusnya kepada program aja. Program A sampai Z terlaksana apa gak? Ada yang mangkrak apa gak?

        Kalo ada yang mangkrak berapa persen ke-MANGKRAK-annya?? Dan yang paling penting tidak ada perubahan program. Misalkan awalnya program 1.800.000 titik tapi ternyata hanya jadi 1.772 titik. trus berubah programnya menjadi hanya 2.000 titik. Sehingga laporan keberhasilan mencapai 88%. Contoh ajaaaa contoooohhhh."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: