Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Balas Tudingan Anak Buah AHY, Yusril Beri Jawaban Santai, tapi Dalam Banget, Bawa-bawa PKI Lagi

        Balas Tudingan Anak Buah AHY, Yusril Beri Jawaban Santai, tapi Dalam Banget, Bawa-bawa PKI Lagi Kredit Foto: Instagram/Yusril Ihza Mahendra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Yusril Ihza Mahendra menanggapi santai tudingan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny Kabur Harman, yang menyebut dirinya menggunakan cara berpikir Hitler dalam perkara AD/ART Partai Demokrat.

        “Dua minggu lalu saya dijuluki pengacara Rp 100 miliar. Sekarang saya dijuluki lagi sebagai Nazi pengikut Hitler. Masih untung saya enggak dijuluki PKI," kata Yusril sambil ngakak, Senin (11/10/2021).

        Menurut Yusril, apa yang dituduhkan elite Demokrat itu justru berbanding terbalik dengan apa yang terjadi.

        Baca Juga: Polemik Demokrat Memanas, Yusril Ajak 'Gelud' Pengacara AHY

        Yusril lantas menceritakan saat masih menjadi mahasiswa di FISIP Universitas Indonesia. Kala itu, dia pernah menjadi asisten Prof Osman Raliby mengajar mata kuliah Propaganda Politik dan Perang Urat Syaraf.

        Osman memberinya buku-buku Adolf Hitler dan Jozef Goebbels dalam bahasa Jerman seperti Mein Kampf dan Des Fuhrers Kampf um den Weltfrieden untuk ditelaah.

        Karena Yusril mahasiswa filsafat, pemikiran Hitler dalam Mein Kampf itu dikritik habis di hadapan Osman Raliby.

        Prof Osman adalah tokoh Masyumi yang pernah berguru dengan Goebbels saat kuliah di Berlin menjelang Perang Dunia II itu gembira melihat reaksi Yusril.

        Yusril tertawa ketika Benny Harman menyebut cara berpikir totaliter dalam menguji anggaran dasar Partai Demokrat.

        Apalagi, Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) itu mengingat Benny Harman mengikuti kuliah filsafat hukum dan teori ilmu hukum yang diajar.

        Saat di kampus, pemikiran filsafat hukum Yusril malah dianggap terlalu Islam, tidak mengesankan penganut paham totaliter nationale sosialismus atau Nazi.

        “Di zaman Orba, Panglima Kopkamtib Laksamana Sudomo menyebut saya ekstrem kanan. Pemerintah Amerika Serikat sampai sekarang menganggap saya Islam radikal. Makanya saya tidak pernah dikasih visa untuk masuk ke AS," jelas Yusril.

        Baca Juga: Lihat Kelakuan Anies Baswedan, PDIP Kesal sampai Ubun-ubun

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: