Epidemiolog Tiba-tiba Bongkar Fakta Mengapa Terbang ke Australia Tanpa Tes PCR
Epidemiolog Dicky Budiman tiba-tiba bongkar fakta yang bikin bengong. Dia menuturkan, terbang di Australia bisa dilakukan tanpa tes PCR.
Dalam pandemi seperti sekarang, uji swab PCR disebut standar terbaik untuk mendeteksi seseorang terinfeksi covid-19 atau tidak.
Baca Juga: Epidemiolog Ingatkan Agar Masyarakat Jangan Lengah Meski Kasus Covid-19 Menurun, Hal Ini karena...
Tapi kelemahannya ada. PCR disebut tidak cost effective dari sisi waktu, tempat, biaya, dan sumber daya.
Penerapan tes PCR untuk penerbangan domestik dinilai menjadi tidak efektif lantaran ada beban yang harus ditanggung calon penumpang.
Bila melihat data yang ada, tingkat risiko penularan covid di dalam pesawat paling kecil dibandingkan dengan moda transportasi lain.
Dicky Budiman kemudian mencoba membandingkan. Transportasi bus antar kota misalnya.
Moda transportasi ini dinilai lebih berisiko menularkan covid-19 karena tak dilengkapi jendela yang bisa dibuka untuk sirkulasi.
Di Australia dan Jepang selama pandemi ini jendela kereta dibuka sedikit agar terjadi sirkulasi udara yang baik.
Begitu juga bila naik mobil pribadi bersama orang lain, jendela selalu dianjurkan dibuka sedikit.
"Di bus itu paling sering terjadi kluster penularan covid. Kebanyakan jendelanya tak bisa dibuka. Tapi kalau kereta kan tiap beberapa menit pintunya terbuka saat berhenti di stasiun," ujarnya, Selasa (26/10/2021).
"Sejak awal pandemi sudah ada 1,2 miliar orang naik pesawat. Dari jumlah itu cuma ada satu kasus dari 27 juta orang. Jadi sangat kecil sekali risikonya," tambahnya.
Itu pun kejadiannya sebelum ada vaksinasi, kewajiban bermasker, dan tes PCR.
Kasus lainnya bisa diarahkan ke kluster POM di Papua. Dicky Budiman menegaskan bahwa mereka bukan terpapar akibat naik pesawat tanpa menjalani tes PCR.
Taibr pun dibuka. Setelah ditelusuri, sejumlah kontingen PON tadi baru terpapar setelah dua pekan berada di Papua.
Ini beda halnya untuk penerbangan ke luar negeri. Secara umum memang menjadi syarat karena untuk meningkatkan trust dari negara lain.
Tapi hal ini diyakini tak akan berlangsung lama. Dicky percaya syarat itu akan hilang seiring vaksinasi yang makin merata.
Bagi Dicky, penerbangan tetap menjadi moda transportasi paling aman.
Contoh riil-nya ada. Dia kemudian bercerita soal pesawat dari Wuhan, China yang membawa penuh penumpang ke Kanada.
Saat awal pandemi itu, di dalam pesawat 2-3 penumpangnya terinfeksi covid-19. Tapi ternyata penumpang lainnya setelah diperiksa tidak ada yang terpapar.
Padahal, urasi total penerbangannya cukup lama. Waktu tempuhnya hampir 12 jam.
Dan saat itu, para penumpang cuma mengenakan masker karena belum ada uji PCR maupun vaksin.
"Kenapa bisa begitu? Karena di dalam pesawat dilengkapi HEPA (High Efficiency Particulate Absorbing)," urainya.
Itu adalah filter khusus yang mampu membunuh jamur, bakteri, dan virus di udara. Putarannya itu 20 kali dalam satu jam.
"Di Australia, penerbangan domestik tidak perlu PCR. Bahkan tes antigen pun tidak ada sejauh sudah divaksin lengkap, mengenakan masker, dan di aplikasi covid terdeteksi hijau," urainya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: