Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Duh... Perlu Waspada! Kegemukan Rentan Picu Henti Napas saat Tidur

        Duh... Perlu Waspada! Kegemukan Rentan Picu Henti Napas saat Tidur Kredit Foto: Rawpixel/Mckinsey
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kondisi berat badan yang berlebihan memperbesar peluang sejumlah penyakit, salah satunya obstructive sleep apnea (OSA) atau gangguan pernapasan saat tidur. Apabila tubuh terlalu gemuk, tak menutup kemungkinan bisa terjadi henti napas dan berakibat fatal saat tengah terlelap.

        Konsultan Laring Faring Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI RSCM, Fauziah Fardizza mengatakan, OSA terjadi akibat tersumbatnya jalam napas bagian belakang tenggorokan untuk sementara. Biasanya, itu terjadi sekitar beberapa detik, yakni 10 detik.

        Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Mengapa Perempuan Sulit Turunkan Berat Badan Saat Usia 50-an

        Akibatnya, napas yang berhenti hanya beberapa detik itu memicu terjadinya penurunan kadar oksigen di seluruh tubuh. Dampaknya pun tak main-main, organ-organ vital bisa terpengaruh seperti kerja jantung yang lebih cepat dan pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah dan nadi meningkat dengan dampak pada peradangan serta stres.

        "Ketika penderita sleep apnea mendengkur semakin keras dan henti napas yang diikuti dengan tersedak, biasanya asam lambung juga akan tersedot ke atas dan mengakibatkan daerah atas menjadi bengkak. Semakin bengkak, jalan napas kian tertutup," kata Fauziah dalam acara virtual bersama RS Pondok Indah, beberapa waktu lalu.

        Lebih dalam, ada sejumlah faktor yang menyebabkan OSA lebih rentan terjadi. Salah satunya pada pengidap obesitas, di mana penumpukan lemak di tubuh termasuk di area belakang faring berpotensi hambat aliran napas saat tidur. Hal tersebut membuat pengidap OSA pada pasien obesitas memiliki hormon grelin yang tinggi (pengatur rasa lapar) dan leptin rendah (pengatur rasa kenyang).

        Baca Juga: Ya Ampun! Penderita Diabetes Nggak Boleh Makan Ketupat, Duh… Kata Siapa? Pahami Dulu Hal Ini

        "Jadi didominasi hormon grelin, maka orang obesitas yang mengidap obstructive sleep apnea sering merasa lapar dan sulit menurunkan berat badan," lanjut Fauziah.

        Untuk itu, penanganan utama pada OSA dengan obesitas adalah dengan perubahan gaya hidup terlebih dahulu. Apabila harus ditangani dengan jalur medis, salah satunya menggunakan Continous Airway Pressure atau CPAP yang bekerja memasukkan tekanan udara pada saluran napas atau melalui sejumlah pembedahan.

        Ada pun tehnik terapi posisi tidur menjadi salah satu pilihan lain. Dokter Fauziah menyarankan dengan pasien posisi tidur miring satu sisi lalu tempelkan bola di belakang punggungnya supaya tidak tidur dalam posisi telentang.

        Baca Juga: Apa Benar Jambu Biji Bermanfaat untuk Penderita Diabetes? Ternyata…

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: