Jelang Perundingan, Iran Terus Perkaya Uraniumnya Sampai Batas...
Iran memiliki stok uranium yang diperkaya hampir dua kali lipat dalam waktu kurang dari sebulan. Peningkatan ini terjadi ketika Iran bersiap untuk melanjutkan pembicaraan dengan kekuatan dunia tentang pembatasan program nuklirnya.
“Kami memiliki lebih dari 210 kilogram uranium yang diperkaya hingga 20 persen, dan kami telah memproduksi 25 kilogram pada 60 persen, tingkat yang tidak dapat diproduksi oleh negara selain mereka yang memiliki senjata nuklir,” kata juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi, dikutip kantor berita negara IRNA pada Rabu (3/11/2021).
Baca Juga: Militer Iran dan Amerika Terlihat Rebutan Kapal Tanker, Situasi Panas!
Teheran semakin mengabaikan komitmennya terhadap kesepakatan nuklir 2015 atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) sejak Amerika Serikat (AS) keluar secara sepihak pada 2018.
Ketika itu, pemerintahan AS di bawah kepemimpinan mantan Presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran atas program nuklirnya.
Pada September, Badan Energi Atom Internasional mengonfirmasi Iran telah meningkatkan stok uranium yang diperkaya di atas persentase yang diizinkan dalam kesepakatan JCPOA.
Pada 10 Oktober, kepala AEOI Mohammad Eslami mengatakan Iran telah memproduksi lebih dari 120 kilo uranium yang diperkaya 20 persen.
Secara teori peningkatan ini memungkinkan pembuatan isotop medis yang digunakan dalam mendiagnosis kanker tertentu. Iran tidak akan memperkaya uranium di atas 3,67 persen atau jauh di bawah ambang batas 90 persen yang diperlukan untuk senjata nuklir.
Perjanjian 2015 atau JCPOA ditandatangani oleh Inggris, China, Rusia, Prancis, Jerman dan AS. Kesepakatan itu menawarkan Iran beberapa keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Iran selalu bersikeras program nuklirnya digunakan untuk tujuan damai.
Sebelumnya, Uni Eropa (UE) mengumumkan pembicaraan nuklir antara negara-negara berkekuatan nuklir dan Iran akan dilanjutkan di Wina pada 29 November mendatang secara fisik. Pertemuan itu akan dipimpin oleh Enrique Mora atas nama kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.
"Komisi Gabungan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) akan bersidang dalam format fisik pada 29 November di Wina," kata Layanan Tindakan Eksternal Eropa UE dalam sebuah pernyataan seperti dikutip laman Arab News, Kamis (4/11/2021).
Amerika Serikat (AS) menyatakan kesepakatan nuklir 2015 mungkin terjadi jika Iran serius. AS bersedia bergabung kembali dengan kesepakatan jika Iran membatalkan kemajuan nuklir yang telah dibuatnya sebagai pembalasan atas sanksi AS.
Di Teheran, Wakil Menteri Luar Negeri Ali Bagheri, negosiator utama Iran, mengonfirmasi dimulainya kembali pembicaraan pada 29 November di Wina. Dia mengatakan tanggal telah ditetapkan dalam panggilan telepon dengan Mora.
Pernyataan UE menyebut pihak-pihak yang tersisa dalam kesepakatan yakni Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Iran akan diwakili.
"Para peserta akan melanjutkan diskusi tentang prospek kemungkinan kembalinya Amerika Serikat ke JCPOA dan bagaimana memastikan implementasi penuh dan efektif dari perjanjian oleh semua pihak," katanya.
"Kami setuju untuk memulai negosiasi yang bertujuan untuk menghapus sanksi yang melanggar hukum dan tidak manusiawi pada 29 November di Wina," cicit Bagheri di Twitter resminya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto