Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ketika Partai Komunis Burma Konsolidasikan Kekuatan untuk Tumbangkan Junta Militer

        Ketika Partai Komunis Burma Konsolidasikan Kekuatan untuk Tumbangkan Junta Militer Kredit Foto: Antara/Biro Pers-Rusan/hma
        Warta Ekonomi, Yangon -

        Partai Komunis Burma (PKB) sedang bersiap-siap untuk melawan pemerintah junta dan kembali berkompetisi di politik.

        Workers Today, sebuah portal blog proletariat, mewartakan jika Partai Komunis Burma sedang membangun kekuatan untuk melawan junta.

        Baca Juga: Covid-19 Turun Selama 2 Pekan, Ini yang Selanjutnya Dilakukan Myanmar Hindari Gelombang Lanjutan

        "Sejak deklarasi Manifesto PLA, sayap bersenjata Partai Komunis Burma (PKB) telah membangun kekuatan untuk mengambil bagian dalam upaya kolektif untuk menggulingkan pemerintah junta ilegal," jelasnya.

        Portal tersebut juga mewartakan bahwa PKB akhirnya menyatakan pendirian kembali PLA pada akhir Agustus, setelah sempat terpinggirkan.

        "PLA saat ini memiliki halaman FB resmi di mana mereka telah memposting surat penghargaan atas sumbangan yang telah mereka terima dan kegiatan PLA," jelas Workers Today.

        PKB dilaporkan menggunakan peralatan dan senjata yang diterima dari Kachin Independence Army (KIA), salah satu oposisi yang aktif melawan junta.

        Partai tersebut mengungkapkan jika mereka berharap akan terus tumbuh lebih banyak dalam kekuatan dan persenjataan.

        Hampir satu tahun setelah junta militer mengambil alih kekuasaan, dilaporkan Workers Today bahwa semakin populernya ideologi kiri dan kebangkitan simpati komunis.

        "Menunjukkan bahwa masih ada harapan di masa depan yang bergejolak yang sedang kita hadapi dan dengan lebih banyak orang mulai menyadari betapa kita tidak dapat mengandalkan pengaruh/dukungan luar untuk memenangkan pertarungan," jelasnya.

        PKB merupakan salah satu kekuatan komunis yang cukup besar yang lahir setelah perang dunia kedua di negara yang saat itu masih dikenal sebagai Burma.

        Dikutip dari The Irrawady Rabu (10/11/2021), setelah pecahnya perang saudara pada tahun 1948, PKB mendirikan benteng di pegunungan Pegu Yoma di utara Yangon, di Delta Irrawaddy, Arakan Yoma, Tenasserim (sekarang Tanintharyi), dan Divisi Sagaing atas (sekarang wilayah).

        Saat itu PKB aktif di dalam dan sekitar Pyinmana, di mana mereka mengorganisir petani dalam perjuangan dan pemogokan melawan tuan tanah dan rentenir.

        Namun karena terjadi penyimpangan di dalam partai, mengakibatkan kekacuan dan ditambah Ne Win menerima bantuan dari Amerika Serikat.

        PKB sempat jatuh dan mundur ke pos terdepan di Timur Laut yang kemudian menjadi benteng baru. Saat itu, kekuatan utama terdiri dari orang-orang etnis Wa dan Kokang.

        NUG

        Bukan hanya PKB, sebelumnya para politisi pro Aung San Suu Kyi telah membentuk pemerintahan bayangan dan menyebutnya sebagai Pemerintah Persatuan Nasional (NUG).

        AFP mewartakan jika mereka membentuk kekuatan pertahanan rakyat dan bertugas menahan kekerasan yang dilakukan pasukan junta kepada warga pro-demokrasi.

        "Pendirian kelompok ini dimaksudkan sebagai pendahuluan untuk membentuk Tentara Persatuan Federal," jelas NUG dalam sebuah pernyataan.

        Setelah dibentuk, NUG mendapatkan sambutan dari milisi-milisi etnis di Myanmar. Mereka bersatu untuk mengalahkan junta dan dilatih dengan baik.

        NUG dilaporkan bekerja secara di bawah tanah dan pada bulan April sempat mengumumkan jajaran menteri kabinet mereka.

        Sebelumnya ancaman perang saudara sudah diungkapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bansa (PBB). PBB bahkan menyebut Myanmar bisa menjadi next Suriah.

        Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Michelle Bachelet memperingatkan kemungkinan kejahatan kemanusiaan terjadi.

        "Saya khawatir situasi di Myanmar menuju konflik besar-besaran. Ada kemiripan yang jelas dengan Suriah di 2011," jelasnya dalam sebuah pernyataan dilaporkan AFP.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: