Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jet Tempur F-55 Suram, Erdogan Pamer ke Amerika: Turki Dapat Tawaran Baru

        Jet Tempur F-55 Suram, Erdogan Pamer ke Amerika: Turki Dapat Tawaran Baru Kredit Foto: Anadolu Agency
        Warta Ekonomi, Ankara -

        Peluang Turki mendatangkan jet canggih F-35 buatan AS sepertinya semakin tertutup. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, akan ada tawaran baru untuk pengadaan jet tempur setelah negara itu dikeluarkan dari program F-35 Amerika Serikat. Namun ia belum tahu tawaran apa yang diberikan.

        "Kami membayar 1,4 miliar dolar untuk F-35, tetapi F-35 tidak dikirimkan kepada kami. Sekarang, beberapa penawaran baru akan datang, mari kita lihat apa yang terjadi, seberapa akuratnya. Kami tidak tahu seberapa bagus itu," kata Erdogan.

        Baca Juga: Hadirnya Erdogan Bikin Iran dan Turki Kompak Teken Kesepakatan Ini

        Erdogan menyatakan, Washington telah meminta Ankara untuk mengembalikan sistem S-400.  Namun dia menegaskan, proses pembelian sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia oleh Turki tetap berjalan.

        "Kami memberi tahu mereka, ‘Mengapa kami harus mengembalikannya?’" ujarnya.

        Padahal, menurut Erdogan, Ankara mengatakan kepada mitra dari NATO bahwa Washington tidak menyediakan sistem pertahanan rudal udara ketika diminta. Kondisi ini yang membuat Turki harus membeli sistem rudal buatan Rusia.

        "Tawaran seperti itu datang kepada kami dari Rusia, kami mengambilnya dari sana," ujar pemimpin Turki ini.

        Ankara telah memesan lebih dari 100 jet F-35, yang dibuat oleh Lockheed Martin Corp (LMT.N). Hanya saja AS menghapus Turki dari program tersebut pada 2019 setelah mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

        Pembelian S-400 oleh Ankara juga memicu sanksi Washington. Pada Desember 2020, Washington memasukkan daftar hitam Direktorat Industri Pertahanan Turki, kepala direktorat Ismail Demir, dan tiga karyawan lainnya.

        Turki dilaporkan mengajukan permintaan ke AS untuk membeli 40 jet tempur F-16 buatan Lockheed Martin dan hampir 80 kit modernisasi untuk pesawat tempur yang ada. Kesepakatan itu berpotensi bernilai 6 miliar dolar AS.

        Permasalahan pengiriman jet ini, menurut Erdogan, dapat membuka jalan bagi Turki untuk memproduksi sistem pertahanannya sendiri.

        "Kami telah mengangkat industri pertahanan kami ke liga raksasa meskipun geng-geng global telah berusaha membuat kami bergantung pada mereka,” kata Erdogan pada pertemuan Konfederasi Serikat Buruh Pegawai Negeri (Memur-Sen) di Istanbul.

        Rusia siap membantu

        Sementara itu, Rusia sedang dalam pembicaraan dengan Turki dan telah menawarkan bantuannya dalam mengembangkan jet tempur canggih. 

        "Rusia telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membantu Turki (dalam pengembangan jet tempur generasi kelima)," ujar Kepala Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer (FSMTC), Dmitry Shugayev, mengatakan kepada kantor berita RIA.

        Baca Juga: Amerika: Uji Coba Senjata Anti-satelit Rusia Berbahaya dan Tidak Bertanggung Jawab

        "Kami masih dalam tahap negosiasi proyek ini," katanya.

        Presiden Erdogan mengatakan, Turki sedang mempertimbangkan lebih banyak langkah bersama dengan Rusia dalam industri pertahanan, termasuk untuk jet tempur. Pernyataan itu muncul setelah pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhir September.

        Kepala Kepresidenan Industri Pertahanan Turki (SSB), Ismail Demir, mengatakan pada September, bahwa negara itu terbuka untuk bekerja sama dengan negara-negara sahabat dalam proyek-proyek seperti pembuatan pesawat tempur.

        Turki saat ini sedang mengerjakan pengembangan National Combat Aircraft (MMU) yang akan menjadi jet tempur siluman generasi kelima yang dirancang di dalam negeri.

        Kontraktor utama Turkish Aerospace Industries (TAI) awal bulan ini mengumumkan telah memproduksi bagian pertama dari jet tersebut.

        Pesawat akan terdiri dari hampir 20 ribu bagian dan produksi kemungkinan akan selesai pada akhir 2022. Demir mengatakan, pintu terbuka untuk negara-negara sahabat dan sekutu yang ingin menjadi bagian dari proyek tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: