Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Siap-siap Lepas Landas, DBS Prediksi Ekonomi Terbang Tinggi di 2022

        Siap-siap Lepas Landas, DBS Prediksi Ekonomi Terbang Tinggi di 2022 Kredit Foto: DBS
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Laporan DBS Group Research menyebutkan, momentum pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi di tahun depan, dan demikian pula halnya dengan inflasi. Memasuki 2022, dengan asumsi situasi COVID terkendali akan membuka peluang untuk normalisasi lebih lanjut dalam pengeluaran non esensial, peningkatan lapangan pekerjaan, produksi, dan pertumbuhan investasi.

        "Dengan asumsi normalisasi kegiatan, yang diharapkan berbarengan dengan percepatan permintaan domestik, kami mematok perkiraan PDB 2022 sebesar 4,8%, naik dari perkiraan tahun ini, yang sebesar 3,6%," ujar Senior Economist – Eurozone, India, Indonesia DBS Radhika Rao dalam laporan tersebut di Jakarta, Senin (27/12/2021).

        Adapun total inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun 2021 kemungkinan rendah, rata-rata sebesar 1,5%, di bawah target bank sentral. Ini disebabkan oleh peningkatan harga akibat harga komoditas tinggi yang belum terefleksi secara keseluruhan dan diimbangi dengan harga makanan dan jasa yang terkendali serta permintaan yang masih di bawah normal. Baca Juga: 72 Persen Masyarakat Optimis Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Lebih Baik Pada 2022

        "Kenaikan inflasi tahun depan akan ditentukan oleh banyak faktor. Kami memperkirakan inflasi 2022 rata-rata sebesar 3% walau masih dalam target BI, yang sebesar 2%-4%," pungkasnya.

        Sementara itu, kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif perlahan-lahan akan dikurangi. Kebijakan moneter – suku bunga telah mencapai titik terendah. Pemerintah serta pengambil kebijakan kemungkinan akan memantau perkembangan dan mempertahankan aset domestik dari dampak perubahan kebijakan global.

        "Perkiraan kami lebih condong ke jalur konservatif, yaitu kenaikan sebesar 25bp pada akhir 2022, kemudian sebesar 75bps pada 2023, untuk mempertahankan nilai tukar dan memastikan stabilitas keuangan. Namun demikian, apabila Bank Sentral AS lebih agresif maka BI mungkin akan meningkatkan suku bunga acuannya 25bp lebih besar dari skenario dasar kami pada paruh ke-2 2022," jelas dia.

        Di sisi lain, konsolidasi fiskal tetap berada di jalur yang tepat. Neraca fiskal membaik berkat perolehan non-pajak yang kuat, penghasilan tak terduga dari pajak, dan laju pengeluaran yang bertahap.

        "Kami melihat potensi pengurangan defisit fiskal 2022 sebesar 50bp dari perkiraan kami, yang sebesar -4,5% dari PDB. Ada kemungkinan defisit dapat kembali ke batas sebelumnya, sebesar 3% dari PDB, pada 2023. Lembaga pemeringkat optimistis tentang kesehatan fiskal Indonesia mengingat rekam jejaknya, yang positif," tutup Radhika Rao.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: