Cerita Edward Tirtanata saat Gagal Berbisnis Sebelum Sukses dengan Kopi Kenangan
CEO Kopi Kenangan, Edward Tirtanata, merupakan sosok milenial yang memiliki pengalaman dan kegagalan bisnis sebelum akhirnya sukses lewat rantai bisnis kopi, Kopi Kenangan.
Meski saat SMA Edward cukup malas dan hanya hobi main game, namun berkat kerja kerasnya ia mampu kuliah di Amerika. Saat ia berkuliah di Amerika, ibunya mengabari bahwa bisnis ayahnya sedang tidak baik. Dari situlah Edward semakin giat belajar untuk cepat lulus dan membantu keluarganya. Dalam waktu dua tahun, Edward lulus kuliah dengan hasil cumlaude.
Baca Juga: Hebat!! Edward Tirtanata Jadikan Ide Receh Kopi Kenangan Membekas di Hati Customer
Pada tahun 2008-2009, saat krisis Amerika, keluarga Edward terkena imbasnya karena beberapa investasi keluarganya bangkrut. Saat-saat itu adalah saat paling sulit bagi Edward.
Kemudian, di tahun 2010 setelah Edward lulus kuliah, ia langsung kerja bersama keluarga mengelola batu bara. Namun, hasilnya tidak baik. Edward dan keluarganya harus menjual rumah dan juga kantor karena harus bayar utang ke bank. Setelah membayar utang bank ini, Edward bertekad untuk tidak mau berbisnis di mana harganya harus didikte pasar. Dari situlah Edward berbisnis barang konsumsi.
Pada tahun 2015, Edward pun membuka kedai teh bernama Lewis & Caroll.
"Waktu itu idenya sih sebenernya cukup simpel. Saya ngerasa bahwa, 'Oh, kopi kok banyak banget,' gitu ya," ujar Edward dalam video YouTube Gita Wirjawan bertajuk 'Kegagalan Berbuah Kenangan | #Endgame ft. Edward Tirtanata Kopi Kenangan (Part 1).'
Edward mengakui keputusannya membuat kedai teh di saat kedai kopi menjamur justru membuatnya terlihat 'ironis'. Harga teh yang dijual Edward pun sama seperti harga kopi di kedai-kedai mahal yakni sekitar Rp35 ribu hingga Rp45 ribu. Namun kemudian, Edward sadar bahwa target pasarnya terlalu kecil yakni untuk menengah ke atas.
Dari situlah Edward kemudian membuat Kopi Kenangan. Ia melihat harga kopi yang mahal membuat banyak orang jadi 'boros' dengan membeli kopi. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, kopi adalah kebutuhan. Oleh karena itu, Edward ingin menciptakan kopi yang ramah di kantong tetapi kualitas juga baik.
Edward pun berujar bahwa ia bukanlah ahli di bidang kopi atau teh, namun ia merasa dalam berbisnis itu yang penting adalah bisa segala hal, dan pandai menguasai uang.
"Kita harus menguasai apapun yang kita lakukan. Kita bisa bekerja sama atau merekrut orang yang lebih pintar dari kita dalam bidang tertentu," ujar Edward.
Dari berbagai perjalanan yang menghasilkan banyak pembelajaran, kini Edward memiliki bisnis kedai teh dan kedai kopi, Lewis & Caroll serta Kopi Kenangan. Edward belajar banyak cara berbisnis, cara mendapatkan pelanggan hingga memastikan bahwa pelanggan menyukai produk kita.
"Itu semua tuh saya dapatkan dari pengalaman dan juga membaca, atau menonton beberapa dokumenter lah, ya," terang Edward.
Edward pun selalu menekankan 'Day 1 Mentality' sehingga terus bergerak untuk mendisrupsi dirinya sendiri. Oleh karena itu Kopi Kenangan memakai mesin kopi yang mahal karena pembelian mesin kopi masuk ke CapEx sehingga tidak memengaruhi EBITDA. Dari situlah Edward berani memasang harga murah pada produknya karena ia bermain pada volume penjualan.
"Dalam bisnis apa pun, kita harus memilih salah satu, bukan? Pilih margin tinggi, volume rendah; atau volume tinggi, margin rendah. Dan waktu itu Kopi Kenangan kita ngeliat seperti itu," tandas Edward.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: